Tak hanya diorama, banyak barang-barang peninggalan masa dulu yangn dipajang didalam lemari kaca. Yang saya jumpai di bangunan diorama 2 adalah jubah kebesaran Prof. Dr. M. Sardjito, M.D., M.P.H. yakni seorang dokter yang menjadi Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Beliau adalah salah satu pahlawan nasional yang mempunyai peran besar bagi Bangsa Indonesia pada saat penjajahan Belanda tahun 1948 -- 1949.
Beralih dari diorama 2 ke diorama 3 ada ruangan yang mensajikan video dokumenter yang mengisahkan perlawanan- perlawanan bangsa Indonesia terhadap koloni Belanda. Setahu saya dulu belum ada ruangan ini, jadi kayaknya ruangan ini termasuk ruaungan baru. Saya dan teman saya mencoba masuk dan ternyatat seru sekali. Kami bisa lihat monitor yanag menampilkan video sembari duduk di kursi yang telah disediakan.
Setelah menonton, kami melanjutkan perjalanan ke diorama 3 ynag hanya dipisahkan ruangan tadi. Isinya kurang lebih sama dengan diorama 1, bedanya diorama 3 menggambarkan peristiwa sejak adanya perjanjian Renville sampai pengakuan Kedaulatan Republik Indonesia.
Setelah itu kami keluar dari diorama 3 dan langsung di sambut tulisan Vredeburg yang menyala cantik dan cocok jadi tempat berfoto ria.
Setelah mengambil beberapa foto kami melanjutkan perjalanan menuju diorama 4 yang isinya juga masih sama dengan diorama-diorama sebelumnya. Setelaah selesai berkeliling dari diorama 4, kami memutuskan untuk duduk sejenak di area halaman. Kami duduk di bawah pohon yang terdapat tempat duduk.
Di situ kami bercerita banyak hal, tempatnya asik dan nyaman. Ternyata Benteng Vredeburg tidak hanya berfungsi sebagai cagar budaya, tapi tempat yang nyaman juga untuk bersantai dan mengobrol bareng teman atau kerabat. Di tambah suasana bangunan era kolonial Belanda membuat beda aja dari yang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H