Sebagai orang yang lahir dan menetap di Jogja, saya sangat bangga akan kenyataan tersebut. Bagaimana tidak, kalau kotanya saja se estetik itu. Banyak orang berlomba- lomba utuk bisa tinggal bahkan menetap di Jogja. Katanya Jogja terbuat dari rindu, makanya banyak orang mengatakan atau menjadikan kota Jogja sebagai salah satu kota ternyaman untuk ditinggali.
Saya sendiri setuju dengan statemen tersebut. Menurut saya sendiri banyak hal yang menjadikan Jogja itu 'nyaman' ditinggali. Contohnya saja ketika kita tengah penat dengan pekerjaan ataupun tugas sekolah, kita degan mudahnya mendapatkan tempat healing atau sekedar duduk melepas penat.
Bagaimana tidak hampir diseluruh pojok kota Jogja terdapat tempat wisata. Tak heran bukan, jika Jogja jadi salah satu tempat jujukan untuk study tour anak-anak sekolah? Apalagi di Jogja terdapat banyak bangunan bersejarah peninggalan era kolonial Belanda yang masih berdiri kokoh. Salah satunya adalah Museumu Benteng Vredeburg yang tengah ramai diperbincangkan saat ini.
Benteng Vredeburg sendiri adalah salah satu bangunan peninggalan masa jajahan kolonial Belanda, yang kini beralih fungsi menjadi sebuah museum. Benteng Vredeburg terletak di lokasi yang strategis, yaitu berada di sisi selatan Jalan Malioboro dan berhadapan dengan Gedung Agung Istana Kepresidenan, di seberang Barat.
Baru- baru ini Benteng Vredeburg ditutup sementara untuk proses renovasi dan penataan kembali. Dan buka lagi tanggal 8 Juni kemarin dengan free tiket grand opening sampai tanggal 14 Juni 2024. Kerennya lagi kini jam buka museum diperpanjang yang awalnya hanya sampai jam 4 Â sore sekarang buka sampai jam 10 malam.
Saya yang sudah lama tidak mengunjungi bangunan yang kental dengan nuansa Belanda ini, ikiut exited untuk berkunjung lagi. Terakhir saya berkunjung ke Benteng Vredeburg saat saya masih SMP sekitar tahun 2018 awal. Saat itu sekolah mengadakan program study museum agar kami bisa mengenal sekaligus belajar sejarah era penjajahan terutama yang ada di Jogja.
Dulu saat SMP saya berpikir kalau museum itu hanya sekedar tempat mengenal sejarah saja. Namun, ternyata saya salah. Setelah saya kemarin berkunjung lagi ke Benteng Vredeburg, saya jadi sadar bahwa saya  tidak hanya mengenal sejarah. Tapi saya juga bisa merasakan beratnya masa-masa penjajahan saat itu.
Saya bersama teman saya, masuk ke dalam museum setelah adzan maghrib berkumandang. Â Sebelum menjelajahi isi museum saya dan teman saya menyegerakan untuk solat maghrib terdahulu. Walaupun bangunan Belanda tetapi di dalam Benteng terdapat mushola untuk sholat. Â
Musholanya masih sama dari terakhir saya ke sini, letaknya masih di sisi kiri pintu masuk. Saat sholat saya merasakan sekali nuansa Belandanya, seakan-akan saya berada pada era itu, dan ini asik!
Kemudian setelah sholat kami melanjutkan perjalanan untuk mengekspor area dalam banguan  berisi diorama-diorama yang menceritakan kisah-kisah bersejarah era penjajahan Belanda khususnya di Yogyakarta.