Bu Mia menangis dalam hati. Dia terkenang akan ucapan suaminya saat dia mengakui semua perbuatannya yang tidak terpuji. Ketika itu dia sedang merasa kesakitan sekali akibat kanker yang menggerogoti tubuhnya.
"Semuanya sudah takdir, Mia. Lupakanlah masa lalu. Aku bersyukur dirimu selama ini menyayangi Amelia bagaikan anak kandungmu sendiri. Kamu menerima kondisinya apa adanya. Aku sungguh berterima kasih...."
Suaminya lalu memeluk dan menciuminya penuh kasih sayang. Itulah momen paling membahagiakan dalam hidup Bu Mia. Ia memperoleh pengampunan yang tulus dari laki-laki yang dicintainya atas dosa-dosanya di masa lalu.
"Saya sudah selesai, Bu. Mari kita berangkat menemui Amelia."
Ucapan lirih Lana sontak membuyarkan lamunannya. Rupanya gadis itu sudah masuk kembali ke dalam mobil. Bu Mia lalu meminta sopir menjalankan mobil dan meninggalkan komplek pemakaman elit itu.
***
Akhirnya sampailah mobil Mercedes-Benz keluaran terbaru itu di halaman sebuah rumah mewah yang sangat luas, terdiri dari tiga lantai, dan bergaya klasik Eropa. Lana pernah beberapa kali ke rumah ini dulu ketika masih menjadi sekretaris Pak Budiman dan bosnya itu masih serumah dengan Bu Mia. Tak disangka beberapa waktu kemudian lelaki yang umurnya belasan tahun lebih tua darinya namun masih tampak sangat gagah itu meninggalkan rumah ini dengan membawa semua barang pribadinya.
Lana turut membantu mengepak berkas-berkas kerja bosnya itu dan memindahkannya ke tempat tinggalnya yang baru, sebuah apartemen diatas mal yang tidak jauh letaknya dari kantor tempat mereka bekerja. Apartemen yang selanjutnya menjadi saksi bisu kisah kasih mereka berdua yang akhirnya membuahkan seorang anak perempuan tak berdosa yang kini hendak ditemuinya, Amelia....
"Mamaaaa...!"
Kedua perempuan yang baru saja menginjakkan kaki ke dalam rumah itu menoleh ke arah suara nyaring tersebut. Jantung Lana berdegup kencang. Dilihatnya seorang perempuan muda yang mengenakan seragam baby sitter sedang berjalan mendekatinya dan Bu Mia sambil mendorong sebuah kursi roda yang diduduki seorang gadis kecil berusia sekitar lima tahunan. Anak gadis itu kelihatan gembira sekali menyambut kedatangan Bu Mia. Wajahnya tampak berseri-seri, persis seperti dalam foto yang ditunjukkan Bu Mia kepadanya. Amelia anakku...,batin Lana sedih melihat kondisi putri kandungnya. Lalu terngiang di telinganya kata-kata Bu Mia saat menemuinya di tempat kerjanya beberapa hari yang lalu.
Amelia menderita cacat bawaan pada saraf tulang belakangnya. Dokter mendiagnosisnya tidak akan mampu berdiri dan berjalan seumur hidupnya. Aku sudah berusaha mengobati dan menerapikannya kemana-mana tetapi belum berhasil. Ayah kandungnya telah meninggal dunia dan tak lama lagi giliranku. Tak seorangpun dari sanak-saudaraku yang bisa kupercaya untuk mengasuh dan mencarikan jalan kesembuhan baginya. Mereka semua hanya menginginkan hartaku belaka. Hanya dirimu, Lana...yang bisa kupercaya dengan sepenuh hatiku...akan mengerahkan segenap kemampuan yang kamu miliki demi kesembuhan Amelia. Atau...setidaknya bisa mendidiknya dengan baik agar menjadi anak yang mandiri."