Aku tiba-tiba menyadari bahwa sejak tadi Tante Tere sama sekali tidak bertegur sapa dengan kakek Vita dan bahkan diam-diam mengajak cucunya pulang tanpa berpamitan padaku. Aneh sekali, pikirku tak mengerti.
***
Keesokan harinya aku datang terlambat ke sekolah dan tidak melihat keberadaan si tante cantik. Menurut teman baikku Titin, beliau tadi diajak pergi ke supermarket oleh ibu-ibu lainnya.
Titin lalu bercerita bahwa tadi pagi nenek Ella itu berkata kepadanya bahwa pihak sekolah seharusnya menetapkan peraturan yang tegas tentang tata cara berpakaian yang rapi bagi wali murid yang datang ke sekolah. Jangan sembarangan mengijinkan orang yang berpenampilan tidak pantas masuk ke dalam lingkungan sekolah. Tidak elegan, katanya. Dan yang mengherankan bagi si tante, kok mau-maunya diriku melayani pertanyaan orang tak dikenal dan bahkan asyik bercakap-cakap dengannya!
"Wah, gila orang ini!" tandasku tak percaya.
"Mulai sekarang kita sebaiknya berhati-hati dengan Tante Tere. Benar-benar tidak dapat ditebak jalan pikirannya," ujar Titin berpendapat. Aku mengangguk tanda setuju.
***
Waktu berselang, ada sebuah undangan ulang tahun disebar-sebarkan di sekolah. Rupanya Ella akan merayakan ulang tahunnya di sebuah kafe anak-anak. Menurut neneknya, jumlah undangan tidak cukup kalau hanya dirayakan di rumah makan cepat saji seperti kebiasaan murid-murid di sekolah ini. Kami semua membayangkan betapa akan meriah acaranya. Katanya Ella akan mengenakan gaun ala princess yang dirancang oleh mamanya sendiri.
Hari istimewa yang ditunggu-tunggu pun tiba. Tante Tere dan putri-putrinya berdandan dengan cantik dan elegan. Ella sendiri mengenakan sebuah gaun merah jambu yang mengembang dengan anggunnya. Penampilan mereka sekeluarga benar-benar kelihatan eksklusif.
Namun acaranya ternyata bukan diselenggarakan di hall utama kafe, melainkan di dalam ruangan VIP yang ukurannya tidak terlalu besar. Tamu-tamunya juga tidak sebanyak bayangan kami. Bahkan sepertinya tidak ada sanak saudara yang hadir. Hanya kelihatan teman-teman sekolah dan les balet Ella. Acaranya juga biasa-biasa saja. Hanya ada seorang perempuan muda yang bertindak sebagai MC dan mengoordinir permainan anak-anak di sepanjang acara, yang dilanjutkan dengan tiup lilin, foto bersama, lalu selesai.
Salah seorang putri tante bergerak kesana-kemari menawari para tamu roti-roti beraneka macam. Sedangkan putri tante lainnya mendokumentasikan jalannya acara dengan menggunakan ponsel mahal miliknya. Di penghujung acara, para undangan diminta untuk antri mengambil kupon paket makanan dan souvenir.