"Ayo bangun, Sayang. Sudah jam sembilan pagi, lho!" seru Miska membangunkan kedua putri kecilnya yang masih bermalas-malasan diatas tempat tidur. Sekarang hari Sabtu, anak-anak biasa bangun kesiangan. Sang ibu memakluminya, namanya juga anak-anak.
"Ayo, mumpung libur...kalian mandi sama-sama."
"Mau...mau, Ma!"seru Eci, si bungsu yang berusia lima tahun. Kakaknya, Uvi, turut senang mendengar usul ibunya. Ia merengek manja,"Minta gendong, Ma...."
Miska melotot mendengar permintaan anak sulungnya yang berumur enam tahun itu. "Lho, sudah TK B kok masih minta gendong. Kayak bayi. Malu, ah," ejeknya menggoda.
"Justru karena sudah TK B, Ma, mau puas-puasin digendong. Uvi sayang Mama. Muaaacchh...," sahut anak perempuan yang berambut keriting seperti ayahnya itu merayu ibunya. Diciuminya pipi Miska berkali-kali dengan perasaan sayang yang mendalam. Seperti biasa sang ibu langsung menjadi luluh hatinya diperlakukan seperti itu.
"Mau digendong gaya apa?"
"Superman!"
Miska segera mengembangkan kedua tangannya ke depan, menahan tubuh putri sulungnya yang direbahkan dalam posisi telungkup. Kedua tangan Uvi mengarah ke depan, berlagak bagaikan superman yang siap terbang. Ibunya mengayun-ayunkan tubuh anaknya itu kesana-kemari sehingga membuat bocah lucu itu berteriak kegirangan.
"Sekarang Mama tanya, benda-benda apa sajakah yang bisa terbang?"
Eci dengan riang menjawab,"Pesawat terbang, helikopter, balon udara."
"Seratus buat Eci! Kakak gimana?"