Mohon tunggu...
Sofia Grace
Sofia Grace Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Seorang ibu rumah tangga yang hidup bahagia dengan suami dan dua putrinya. Menggeluti dunia kepenulisan sejak bulan Oktober 2020. Suka menulis untuk mencurahkan isi hati dan pikiran. Berharap semoga tulisan-tulisan yang dihasilkan dapat memberi manfaat bagi pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Elena Sandi (4)

25 Juli 2022   11:12 Diperbarui: 25 Juli 2022   11:15 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Elena tergelak. Dengan raut wajah berseri-seri dilambaikannya tangannya berpamitan pada Jeffry lalu ia bergegas keluar meninggalkan kantor. Selamat tinggal, kantor tercinta. Dirimu sudah sangat berjasa membuat taraf hidupku menjadi jauh lebih baik. Terima kasih banyak, gumam Elena dalam hati. Perasaan haru menyeruak di dalam dadanya. Dalam waktu dekat aku akan mampir ke sini untuk berpamitan secara layak dengan semua orang. Para leader, agen, staf IT, staf administrasi, staf keuangan, dan office boy. Mereka semua turut berjasa dalam mendukung keberhasilanku selama ini.

Sepuluh tahun...tak terasa waktu berlalu dalam sekejap. Dan kini aku siap menyongsong lembaran baru bersama Thomas dan si kembar, soraknya dalam hati.

***

"Gawat, Non. Gawat...,"seru Mbak Wati, pembantu rumah tangga Elena. Perempuan yang sudah hampir tiga tahun ini mengabdi pada keluarga Elena itu tampak panik sekali ketika majikannya muncul bersama seorang pria bertubuh tinggi dan dua anak kembar perempuan.

"Ada apa, Mbak?"

"Tadi Ibu duduk di sofa membaca majalah. Lalu dia mengambil gelas air minum di meja. Tiba-tiba gelasnya jatuh ke lantai dan Ibu terkulai lemas di sofa. Muka Ibu miring, Non. Bicaranya nggak jelas...."

Elena segera berlari menuju ke ruang keluarga tempat mamanya suka membaca majalah. Disana ditemukannya ibunya terkapar tak berdaya di atas sofa. Kedua matanya terbuka, badannya kaku sekali. Ia berusaha berbicara, tetapi suaranya pelo dan tidak jelas. Elena panik luar biasa. Ibunya mempunyai riwayat tekanan darah tinggi. Kondisinya sekarang benar-benar membuat Elena merasa ketakutan.

"Ayo kita segera bawa Tante Soraya ke rumah sakit," seru pria bertubuh tegap yang sedari tadi mengikutinya.

"Biar kugendong Tante. Kamu tolong ajak Ella dan Elly masuk kembali ke dalam mobil."

Elena mengangguk pasrah. Digandengnya si kembar dan diajaknya keluar rumah menuju ke mobil yang diparkir di halaman. Tak digubrisnya celotehan anak-anak yang lucu itu kenapa baru sampai ke rumah terus diajak pergi lagi. Air mata mengalir deras di wajahnya yang putih mulus. Ya Tuhan, kumohon lindungilah Mama, tangisnya dalam hati.

***

"Ibu Soraya terkena stroke. Bagian kanan tubuhnya lumpuh. Kemampuan bicaranya masih ada sedikit, meskipun pelo. Untung beliau segera dibawa ke rumah sakit sebelum terjadi kondisi yang lebih parah," jelas dokter spesialis saraf kepada Elena yang termangu di depannya.

"Apakah ibu saya bisa pulih kembali seperti sediakala, Dok?"tanyanya cemas.

"Karena ini serangan yang pertama dan segera ditangani, proses pemulihannya bisa lebih cepat. Asalkan pihak keluarga terus men-support beliau untuk rajin minum obat, makan makanan bergizi, serta menjalani fisioterapi dan akupuntur. Oya, kondisi psikologis pasien bisa berubah menjadi kurang baik di saat seperti ini. Perasaan sedih, putus asa, tidak berharga ...semuanya bisa campur-aduk dan menyebabkan pasien mudah emosional. Yang sabar, ya...,"nasihat wanita setengah baya itu seraya menepuk lembut bahu Elena.

Elena mengangguk patuh. Apapun akan dilakukannya agar mamanya lekas sembuh. Pandangan matanya mengikuti dokter dan perawat yang berjalan menuju pintu keluar kamar VIP itu. Tak lama kemudian muncullah Thomas beserta kedua anaknya yang baru membeli makanan di kantin. Pria berahang kokoh itu mengeluarkan sekotak makanan dan memberikannya pada Elena. Ia sendiri memegang kotak makanan lainnya dan mulai menyuapi anak kembarnya.

Untunglah dia bergerak cepat saat melihat Mama tergeletak tak berdaya tadi, pikir Elena. Kalau tidak, Mama akan terlambat ditangani dan kondisinya bisa menjadi lebih parah.

"Terima kasih."

"Untuk apa?"

"Untuk semuanya...membawa Mama ke sini, membantuku mengurus administrasi rumah sakit, dan membelikanku nasi goreng yang enak ini."

Thomas terkekeh.

"Ternyata seorang agen asuransi ternama bisa menjadi tak berkutik ketika anggota keluarganya sendiri terkena musibah."

Elena nyengir malu. Saking takutnya melihat kondisi mamanya yang tak berdaya, ia tadi seperti mati kutu menghadapi prosedur rumah sakit. Untung Thomas lekas tanggap membantunya. Sekarang mamanya sudah ditangani dengan baik dan tertidur pulas. Elena mulai bisa berpikir jernih.

"Oma akan sembuh kan, Tante Elena? Ella mau main sama Oma."

"Elly juga. Oma cantik kayak Tante."

Elena merasa sedikit terhibur mendengar celotehan kedua malaikat kecil itu. Senyumnya mulai mengembang, membuat pria di hadapannya semakin jatuh cinta.

***

Ya Tuhan, bagaimana mungkin aku bisa terkena stroke ? Bertahun-tahun ini aku rajin meminum obat tekanan darah tinggi dan suplemen kesehatan, makan makanan bergizi, dan berolahraga ringan setiap pagi. Aku berupaya menjalani pola hidup sehat. Apakah ini teguran dariMu karena aku bersikap terlalu keras pada Elena? keluh Soraya dalam hati. Ia merasa tidak terima mengalami nasib seperti ini. Tubuhnya lumpuh sebagian, bicaranya pelo, dan rahangnya kaku, sehingga agak susah untuk mengunyah makanan. Untungnya dia masih sanggup menelan makanan, meskipun harus yang bertekstur lembut sekali.

Elena telaten menyuapinya setiap hari. Anak-anak Soraya yang lain datang sekeluarga dari luar kota untuk menjenguknya. Cucu-cucunya yang keseluruhannya berjumlah lima orang bergiliran menciumi pipinya, menepuk-nepuk tangannya, mengajaknya berbicara, dan mendoakannya semoga lekas sembuh. Dirinya sungguh merasa berdosa selama ini kurang memperhatikan bocah-bocah lucu itu. Gelimang kekayaan membuatnya lebih sering berkumpul bersama teman-teman arisan dan persekutuan doa yang seringkali berujung pada pamer harta dan penampilan.

Teman-temannya itu hanya sekali menjenguknya. Mereka datang beramai-ramai sambil membawa karangan bunga yang mewah dan bingkisan buah-buahan yang mahal untuknya. Mengajaknya berfoto bersama untuk diunggah di akun media sosial masing-masing sebagai bentuk solidaritas terhadap anggota geng-nya yang sedang sakit. Setelah itu mereka tak pernah muncul lagi maupun menanyakan kabar Soraya.

Kawan-kawan Elena pun kebanyakan hanya sekali datang membesuk. Hanya Jeffry yang sering datang dan...Thomas. Laki-laki itu bahkan setiap hari datang dengan membawa serta anak-anaknya. Pria yang tidak kusetujui berhubungan dengan anakku...justru menjadi penyelamat hidupku di saat-saat kritis.

Aku sekarang mengerti mengapa Elena langsung jatuh hati begitu melihat Ella dan Elly untuk pertama kalinya, batin Soraya. Sepasang anak kembar itu memang mempunyai karisma yang luar biasa. Rambut ikal alami mereka yang panjangnya sebahu itu tampak indah bagaikan rambut putri-putri di negeri dongeng. Sepasang mata bulat nan indah kedua anak itu dihiasi bulu mata lentik yang memancarkan sorot mata lugu, namun mengandung perasaan ingin tahu yang besar. Pipi mereka yang montok berwarna kemerahan terutama bila terlalu banyak berceloteh. Selain itu ucapan dan perilaku Ella dan Elly yang lucu benar-benar merupakan hiburan bagi siapapun yang melihatnya.

"Oma makan yang banyak ya, biar cepat sembuh. Nanti Elly ajak main petak umpet."

"Oma mukanya jangan murung. Senyum sedikit biar tambah cantik."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun