"Papamu kemudian sakit-sakitan. Ia meninggal dengan tenang sementara anak-istrinya hidup terlunta-lunta karena semua aset habis dijual untuk membayar hutang-hutangnya yang sangat besar. Nggak ada seorangpun sanak saudara yang bersedia membantu karena uang mereka sering dipinjam Papa dan nggak dikembalikan. Kita sampai harus hidup dengan sangat prihatin. Tinggal di rumah kontrakan kecil yang sering kebanjiran di musim hujan. Kamu sampai harus bekerja mati-matian sebagai guru les privat dan berjualan produk MLM di sela-sela kuliahmu demi membiayai hidup keluarga dan sekolah adik-adikmu. Bahkan ketika dirimu sudah mapan bekerja sebagai sekretaris bos perusahaan asing, kamu masih menyambi berjualan ini-itu. Baru setelah full time bekerja sebagai agen asuransi, kamu berhasil membeli mobil, rumah, ruko, apartemen, pakaian dan aksesoris bermerek, juga mengajak Mama dan adik-adikmu berlibur ke luar negeri..."
Elena menelan ludahnya dengan perasaan getir. Begitulah ibunya kalau sudah membicarakan kesuksesannya sebagai agen asuransi. Selalu berujung pada harta berlimpah yang dihasilkannya.
"Sekarang kamu sudah terkenal, Nak. Banyak orang yang memujamu. Nasabah-nasabah banyak yang percaya kepadamu karena sering melihat fotomu di koran memenangkan penghargaan asuransi. Omzet tiap tahun meningkat dengan mudahnya, nggak sesulit ketika dulu kamu baru merintis bisnis ini. Sering ditolak, dicuekkin, dan direndahkan oleh orang lain. Apakah jerih payahmu selama sepuluh tahun mau dicampakkan begitu saja?"
"Lena lelah sekali, Ma. Lelah didorong terus-menerus oleh Mama dan orang-orang di kantor untuk mencapai prestasi lebih tinggi lagi. Lama-kelamaan Lena merasa seperti robot yang harus memenuhi ambisi orang-orang di dekat Lena, bukan ambisi Lena sendiri."
"Lalu apa yang mau kamu lakukan setelah mengundurkan diri? Pekerjaan apa lagi yang bisa memberikan hasil yang setara dengan yang kamu peroleh sekarang?"
"Lena menginginkan sesuatu yang berbeda. Pekerjaan di belakang layar yang nggak menuntut Lena untuk berpenampilan keren sepanjang waktu. Nggak harus bermuka dua dan bermulut manis di depan klien, nggak usah berkeliling ke segala penjuru untuk memprospek nasabah, nggak usah merekrut agen sebanyak-banyaknya sampai kewalahan dan memotivasi mereka luar biasa hingga menjadi tempat curhat tentang hal-hal di luar pekerjaan seperti anak, istri, suami, dan lain-lain. Lena merasa luar biasa letih harus selalu bersikap dan berpenampilan sempurna. Lena ingin menjadi orang biasa-biasa saja...."
"Orang biasa?! Kamu lupa kita dulu harus berhemat mati-matian supaya mampu membeli makanan, pakaian, dan kebutuhan rumah tangga! Jarang sekali pergi ke mal karena takut uangnya nggak cukup untuk membeli ini-itu. Kamu lupa setiap dua tahun sekali pontang-panting mencari-cari rumah kontrakan baru karena yang kita tempati dinaikkan harga sewanya?! Kamu lupa dengan semua kepahitan yang kita alami karena menjadi orang biasa-biasa saja?!" teriak Soraya histeris.
BERSAMBUNG
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H