***
Keesokan harinya, terjadilah percakapan yang dramatis antara Elena dengan Soraya, mamanya.
"Apa Mama nggak salah dengar, Lena? Kamu mau mengundurkan diri dari bisnis asuransi?"
Yang ditanya mengangguk mantap. "Lena sudah berumur tiga puluh tujuh tahun, Ma. Sudah waktunya memikirkan masa depan."
"Masa depanmu adalah mengembangkan rekrutan agen-agen dibawahmu, menjadikan mereka leader-leader yang mumpuni, dan membuka kantor cabang mandiri, Nak. Jangan merasa cepat puas dengan prestasi sebagai penjual terbaik. Setiap tahun harus selalu ada peningkatan. Dulu kamu menjadi penjual terbaik di kantor, lalu meningkat menjadi se-Surabaya, se-Jawa Timur, dan kini se-Indonesia Timur...."
"Kemudian naik menjadi se-Indonesia, se-Asia Tenggara, dan seterusnya. Lalu kapan Lena akan berumah tangga, Ma?"
Sang ibunda tercengang. Tak disangkanya putri kebanggaannya ini bisa berpikir untuk menikah. Sudah bertahun-tahun ini ia tidak pernah memperkenalkan pria manapun sebagai teman dekatnya.
Soraya yang kelihatan awet muda karena rajin merawat diri itu mendesah putus asa. "Buat apa berumah tangga, Nak? Kamu tahu sendiri rumah tangga Mama nggak bertahan lama. Kedua adikmu kondisinya juga nggak lebih baik. Suami Levi adalah seorang pengusaha sukses namun terkena kanker. Hartanya ludes untuk biaya pengobatan yang sangat besar. Adikmu harus berhemat supaya tetap dapat menghidupi ketiga anaknya. Sedangkan Lita menikah dengan anak orang kaya yang ternyata nggak bisa apa-apa setelah orang tuanya meninggal dunia. Ia harus bekerja keras untuk membantu suaminya membesarkan kedua anak mereka...."
"Bukankah roda kehidupan selalu berputar, Ma? Kadang di bawah, kadang di atas. Asalkan kita tetap tawakal kepada Tuhan dan mengusahakan yang terbaik, pasti ada jalan untuk menghadapi segala kesulitan. Bukankah Mama juga mengalaminya sendiri? Dulu Mama adalah anak orang berada yang dijodohkan dengan Papa yang merupakan anak konglomerat. Mama menikmati kehidupan yang mewah bersama Papa selama bertahun-tahun...."
"Lalu harta kami habis tak tersisa akibat ulah papamu yang doyan berjudi dan main perempuan!"tukas sang ibunda dengan nada suara nyaris berteriak. Mukanya merah padam saking marahnya.
Elena terdiam. Dia sebenarnya tidak bermaksud membuka luka lama ibundanya. Bagaimanapun juga wanita cantik berambut ikal kecoklatan itu adalah orang yang telah berjasa melahirkan dan membesarkannya.