“Lalu sejak saat itu kamu mulai trial-error mengikutkan anakmu terapi dan les ini-itu?” sergah Ida penasaran.
“Betul. Sejak aku berdoa dengan pasrah begitu, jalan menuju kepulihan Ovy seolah-olah dibukakan Tuhan lebar-lebar di depanku. Info-info tentang terapi biomedis, neuro senso, sensory integrasi, perilaku, wicara, dan les ini-itu kuperoleh dengan mudahnya tanpa hambatan dan kuputuskan untuk dijalani anakku secara konsisten.
Kalaupun hasilnya nggak sesuai dengan harapan, ya kuganti gurunya, terapisnya, ataupun jenis terapi dan lesnya, sampai akhirnya menemukan yang benar-benar cocok. Aku jadi punya keberanian yang lebih besar untuk menjalankan ide-ide baru, walaupun kadang nggak masuk akal.
Seperti waktu kuikutkan Ovy les vokal, padahal dia belum lancar berbicara. Tapi karena dibimbing oleh guru yang berpengalaman menangani ABK, anakku jadi lebih percaya diri untuk berbicara dengan kata-kata yang lebih panjang, meskipun artikulasinya belum jelas.
Lirik-lirik dalam lagu-lagu yang diajarkan gurunya membuat Ovy mengenal kata-kata baru yang belum diajarkan terapis wicaranya.
Lambat-laun dia mulai berinisiatif mengungkapkan sendiri kemauannya sehingga kami sudah nggak perlu mengira-ngira lagi seperti dulu.. Dia juga semakin bisa berinteraksi dengan orang lain dan terapisnya lebih mudah mengajarkan program-program lanjutannya.
Sekarang Ovy sudah bisa makan sendiri menggunakan sendok dan garpu, memakai sendiri pakaian, kaos kaki, dan sepatunya, serta mengikuti kegiatan akademik reguler di sekolahnya.”
Teman-teman Anne termenung mendengarkan ulasan panjang-lebarnya. Seakan-akan timbul secercah harapan di hati mereka mengetahui kemajuan Ovy yang sepantaran dengan anak-anak mereka.
“Dan…,”lanjut Anne,”…kalau ada kesempatan, alangkah baiknya jika sesekali memberikan bantuan pada anak-anak spesial yang membutuhkan, entah berupa materi, suplemen, maupun info-info yang berguna.
Karena sekeras apapun upaya kita sebagai orang tua, hanya Tuhan Yang Maha Kuasa yang mampu secara mutlak memulihkan anak-anak seperti Ovy, Ferly, dan Tomy. Dengan menabur banyak kebaikan buat anak-anak istimewa lainnya, niscaya hati Tuhan akan luluh dan menganugerahkan yang terbaik bagi anak-anak kita.”
Kedua kawan senasib-seperjuangan Anne terdiam sejenak, berusaha mencerna dalam-dalam ucapan-ucapan bermakna karib mereka tersebut . “Lalu…, apalagi yang harus kita lakukan untuk anak-anak ini?” gumam Mona lirih.