Mohon tunggu...
Sofia Amalia
Sofia Amalia Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Guru PAUD

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mengenal Burnout: Kelelahan Fisik dan Emosional yang Rentan Dialami Guru

19 November 2023   06:00 Diperbarui: 22 November 2023   18:57 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Burnout (Freepik/jcomp via KOMPAS.com)

Banyak hal dapat memicu stres pada guru. Selain beban kerja yang berlebihan, guru tidak jarang harus berhadapan dengan perilaku siswa yang kurang baik. Lingkungan sekolah yang terlalu menekankan produktivitas guru, tekanan dari staf yang memiliki otonomi khusus, evaluasi yang berlebihan hingga jumlah upah yang jauh dari kata layak turut berkontribusi meningkatkan risiko kelelahan secara emosional.

Sebuah survei dengan sasaran guru di asia tenggara menemukan bahwa 50% hingga 70% guru mengalami burnout. Ini bukanlah angka yang kecil dan tentunya burnout bukanlah sebuah kasus yang remeh. Burnout yang berkepanjangan akan menimbulkan berbagai efek negatif pada kualitas pendidikan.

Kualitas belajar mengajar akan menurun

Kelelahan yang dialami guru membuat kinerja mereka menurun yang tentu berdampak langsung pada kualitas mengajar hingga pencapaian akademik siswa. Sebagaimana berbagai literatur telah menjelaskan bahwa kesejahteraan guru adalah salah satu faktor utama.

Kelelahan emosional dan sinisme yang dialami guru membuat mereka memiliki dorongan yang rendah untuk menanggapi atau mengapresiasi pencapaian-pencapaian siswa. Kurangnya kehadiran guru untuk mengapresiasi pencapaian siswa membuat siswa akan merasa dirinya kurang kompeten dan sulit menginternalisasi motif intrinsik untuk belajar. Selain itu, sinisme guru dapat menimbulkan perasaan jengkel atau tidak senang terhadap siswa.

Tidak hanya siswa, kelelahan ini tentu berdampak secara negatif pada guru itu sendiri. Akan ada perasaan untuk tidak masuk mengajar hingga mengundurkan diri. Ini seolah-olah guru secara suka rela ingin kehilangan pekerjaan dan pastinya makin mempengaruhi kesejahteraan hidup mereka. Dalam catatan statistik Amerika serikat, sejak 2016 kurang lebih 270.000 guru meninggalkan profesi mereka setiap tahunnya.

Memperbaiki lingkungan kerja

Agar terhindar dari burnout tentu kita harus memperbaki akar masalahnya. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, lingkungan kerja yakni sekolah harus menciptakan budaya kerja yang positif dan tidak memicu stres. Hal yang dapat dilakukan adalah mengurangi beban kerja yang berlebihan. Hal ini membuat guru memiliki waktu istirahan yang cukup.

Memberikan apresiasi dan upah yang sesuai perlu dilakukan agar meningkatkan semangat kerja. Selain itu, pemimpin harus lebih adil dalam memperlakukan guru-gurunya. Hal ini dikarena kecemburuan terhadap ketidak adilan dapat menyebabkan stres. Lingkungan organisasi yang saling mendukung sangat diperlukan karena dukungan dari pimpinan hingga rekan kerja akan menciptakan suasana yang lebih positif.

Evaluasi diri, menyamakan nilai, dan hal dilematis

Selain lingkungan kerja, guru harus memperbaiki dirinya secara internal. Guru dapat mengevaluasi kebiasaannya. Apakah selama ini selalu menunda-nunda pekerjaan dan menyelesaikan segala hal secara bersamaan. Menunda pekerjaan membuat beban kerja semakin menumpuk, dan guru akan kelelahan menyelesaikannya dengan waktu yang singkat. Untuk menghindari itu, guru dapat menyusun rencana realistis yang mudah diterapkan.

Kenali gejala awal burnout dan tindakan tepat apa yang harus diambil. Hal ini membatu kita untuk memitigasi terjainya kelelahan yang berkepanjangan. Jika sudah mengalaminya dan sulit diatasi sendiri, guru sebaiknya mencari bantuan profesional seperti psikolog atau psikiater.

Ketika hendak melamar ke suatu sekolah, samakan nilai-nilai yang kamu pegang. Istilah gaulnya adalah tentukan red flag dan green flag. Temukan tempat kerja yang lebih banyak bendera hijaunya. Kalau kamu sudah terlanjut mengajar di sekolah yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang kamu pegang, ambilah keputusan yang dirasa tepat. Jika kamu ingin keluar, setidaknya kamu telah mengantongi sekolah baru atau opsi pekerjaan lainnya.

Perihal memilih sekolah dan resign dari pekerjaan, ini adalah dua hal yang sering membuat guru dilema. Sulitnya mendapatkan pekerjaan dan besarnya tuntutan akan kebutuhan finansial membuat guru mau tidak mau harus memilih sekolah tanpa perlu menyamakan nilai. Yang penting kerja. Oleh karena itu, solusinya kembali lagi ke pribadi masing-masing, tentukan opsi mana yang lebih urgent untuk diambil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun