Untuk yang belum memahami apa itu sterotipe, ini merupakaan kepercayaan tetap, yang digeneralisirkan terhadap kelompok atau hal terntentu. Ketika seorang komandan mengevaluasi para prajuritnya, tanpa ia sadari bahwa iya peryaca prajurit yang memiliki fisik yang bagus juga memiliki kecakapan dalam kepemimpinan dan loyalitas.
Hal ini juga berlaku pada orang yang percaya bahwa mereka yang tatoan, bajunya sobek-sobek, jeans dengkulnya bolong dan yang ngomongnya ceplas-ceplos dianggap "selalu" memiliki kepribadian atau karekter yang buruk.
Begitupun juga dengan selebriti yang pakaiannya sopan dan sering berbagi atau semacam give away, akan dianggap baik. Atau tante saya yang menganggap teman saya adalah orang yang baik ketika baru pertama kali bertemu.
Semua ini kembali lagi ke prinsip "Semua yang dianggap indah berarti baik". Satu hal  yang menurut mereka "baik", maka dari ujung rambut hingga ujung kaki semuanya menjadi baik.
Padahal, tampilan fisik yang menarik tidak menjamin karakter yang baik, begitupun orang yang tatoan bukan berarti mereka buruk. Apalagi selebriti, terkadang kita tidak bisa membedakan kehidupan di depan dan di belakang layar, apa yang dilihat baik akan dianggap selalu baik. Teman saya, Sari, sama seperti saya dan teman-teman lainnya, namun tante saya terlalu terkesan dengan pertemuan pertama.
Kesimpulannya stereotype hanyalah kepercayaan yang tidak mendasar atau mungkin hanya berdasarkan "Katanya" saja.
Rasisme sebenarnya merupakan kelanjutan dari stereotype, tentunya sama-sama dapat menimbulkan halo effect. Dari sebuah kisah nyata yang difilmkan dengan judul "Hidden Figures" tentang tiga orang wanita kulit hitam amerika yang memperjuangkan karir mereka di NASA, Badan Antariksa Nasional milik Amerika Serikat.
Ketika pelaksanaan proyek mercury pada tahun 1963, bagian komputasi membutuhkan seorang matematikawan untuk menghitung lintasan penerbangan dikarenakan para matematikawan (yang semuanya laki-laki dan kulit putih) belum menemukan hitungan yang tepat untuk lintasan penerbangan. Seseorang merekomendasikan Katherine Johnson. Katherine menghitung semuanya dengan baik dan tepat, walau sebelumnya dikucilkan oleh hampir semua orang di bagian komputasi utama. Tanpa Katherine, mungkin Amerika akan gagal dalam orbit pertamannya.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Dorothy Vaughan dan Mary Jackson, mereka selalu diremehkan. Namun mereka terus bekerja keras, Dorothy Vaughan menjadi salah satu supervisor wanita di NASA, yang mana pada saat itu supervisor wanita sangatlah tabu, ia juga menjadi programer di NASA. Sedangkan Mary Jackson, karena kemampuan hebat yang ia miliki, ia melanjutkan pelatihannya dan dipromosikan menjadi insinyur di NASA.
Ketiga wanita tadi sebelumnya dikucilkan di bagian komputasi barat (tempat komputasi kulit hitam), dimana mereka hanya akan dipanggil ketika dibutuhkan. Padahal mereka memiliki kompetensi yang baik dalam bidangnya. Untuk lebih mengetahui ceritanya, mungkin pembaca sekalian bisa menonton langsung film "Hidden Figures"