Mohon tunggu...
Sofia Amalia
Sofia Amalia Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Guru PAUD

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dunning-Kruger Effect: Penyebab Seseorang Menjadi "Sok Tahu"

17 Mei 2021   16:14 Diperbarui: 19 April 2022   09:18 3227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika saya mengetik kata "Sok pintar/Sok tahu" di Google, setidaknya ada 1.460.000 hasil yang muncul dalam kurun waktu 0,50 detik. 

Dari hasil yang begitu banyak, ada sebuah gambar yang menarik perhatian, gambar salah satu ulama favorite saya. Setelah saya buka gambar tersebut, tenyata adalah sebuah postingan twitter yang berisikan quote beliau,

Kebodohan itu merusak,

tetapi keminter lebih merusak.

Dari postingan gambar yang berisikan quote tadi, keterangan dari postingannya pun tidak kalah menarik

Ada yang lebih bahaya dari kebodohan, apa itu? Sok pintar.

Dalam bahasa lain: orang yang tidak tahu dirinya tidak tahu, tapi sok tahu.          

Memang sebuah quote yang sangat menarik. Pada kesempayan ini, saya akan membahas tentang apa yang disebut dengan keminter  berdasarkan hasil research kecil-kecilan saya dari beberapa sumber.

Orang yang keminter atau sok pintar, tidak jarang kita temui dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak jarang juga, orang disekitarnya merasa risih dengan ke-soktahuan mereka, saya pun begitu, dan saya yakin para pembaca semua juga merasakan hal yang sama bukan?

Ketika membicarakan suatu topik, orang yang sok pintar akan menjelaskan panjang lebar seolah-olah mereka paham semuanya. Tidak jarang pula orang yang kurang paham tentang topik yang "mereka" bicarakan, mungkin akan mengangguk saja. Di sinilah titik bahayanya, orang yang "sok tahu" ketika menjelaskan suatu hal, mereka akan sangat percaya diri seolah-olah terlihat sangat ahli, sehingga membuat orang-orang mudah percaya dan menganggap meraka memang ahli dalam hal yang dibicarakan.

Orang yang tidak paham akhirnya bisa dipengaruhi oleh mereka yang hanya "sok tahu" tadi. Bahkan seorang Charles Darwin pun mengakui bahwa ketidaktahuan itu lebih berpengaruh dari pengetahuan.

"Ignorance more frequently begets confidence than does knowledge: it is those who know little, not those who know much, who so positively assert that this or that problem will never be solved by science."

"Ketidaktahuan lebih sering menghasilkan kepercayaan daripada pengetahuan: mereka yang tahu sedikit, bukan mereka yang tahu banyak, yang dengan begitu positif menyatakan bahwa masalah ini atau itu tidak akan pernah bisa diselesaikan oleh sains."

Akan berbeda jika yang mendengarkan adalah orang yang paham, mereka akan paham bahwa yang sedang berbicara hanyalah terlalu melebih-lebihkan pengetahuan mereka yang sebenarnya terbatas.

Namun, di balik sikap ke-soktahuan mereka, apakah kamu pernah bertanya atau merasa penasaran? Kenapa sih mereka bisa bersikap seperti itu? Mereka sadar gak ya, kalau sebenarnya yang mereka lakukan itu tidak lebih dari sekadar sok tahu?

Sebelum menjelaskan lebih lanjut, yang perlu kita ingat adalah kita tidak membenci individunya, melainkan kurang setuju dengan sikap atau perilaku mereka. Jadi ada baiknya kita tidak menghujat atau membenci dengan cara yang terlalu berlebihan.

Sederhananya, orang yang (maaf) "bodoh" menganggap diri mereka pintar.

Dalam ilmu psikologi, ada yang namanya Cognitive Bias atau kesalahan dalam berpikir. Cognitive Bias ini memiliki jenis yang cukup banyak, salah satunya Anchoring Bias yang telah saya jelaskan pada artikel sebelumnya, dan kali ini saya akan membahas tentang Dunning-Kruger Effect (penyebab seseorang menjadi "sok pintar").

Berawal dari sebuah makalah hasil penelitian pada tahun 1999 oleh dua orang psikolog Cornell University, David Dunning dan Justin Kruger. 

Dalam penelitiannya, kedua psikolog ini menemukan bahwa dibandingkan dengan orang-orang yang kompeten, orang-orang yang kurang kompeten menganggap diri mereka sangat kompeten. 

Sederhananya, orang yang (maaf) "bodoh" menganggap diri mereka pintar.

Mereka gagal memahami kemampuannya sendiri dan tidak menyadarinya

Mereka sangat yakin bahwa mereka pintar dan ahli dalam suatu bidang. Hal ini dikarenakan kurangnya keterampilan metakognitif, yakni kemampuan dalam memahami atau menyadari diri sendri. Karena tidak memahami dirinya, akhirnya mereka juga gagal memahami kemampuannya sendiri. 

Mereka juga tidak sadar bahwa mereka sebenarnya "tidak menyadari kemampuannya", mereka tidak sadar bahwa selama ini meraka hanya sekadar (maaf) sok tahu atau sok pintar. Mereka benar-benar menganggap diri mereka kompeten.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Lalu, bagaimana agar mereka sadar? Yang bisa membantu mereka struggling dari Dunning Kruger Effect adalah diri mereka sendiri

Perhatikan grafik di atas.Orang yang mengalami Dunning Kruger Effect terjadi pada puncak di poin satu, di mana mereka memiliki pengetahuan yang sangat sedikit, namun memiliki kepercayaan diri yang begitu tinggi. Mereka merasa pengetahuan yang dimiliki sangatlah luar biasa. 

Buruknya, ketika berada di puncak point satu, mereka akan kehilangan motivasi untuk belajar atau meningkatkan kemampuan mereka, lagi-lagi karena mereka merasa sudah sangat ahli.

Seiring berjalannya waktu, mereka akan menemukan hal-hal kecil yang bisa dipelajari atau mungkin sengaja mereka pelajari, walau terkadang mereka tidak peduli. Semakin banyak hal-hal yang mereka pelajari, membawa mereka turun ke lembah di point 2. 

Apa yang telah mereka pelajari telah mengetuk kesadaran. Mereka mulai merasa, bahwa pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya bukanlah apa-apa. Rasa percaya diri pun menurun.

Ketika mulai sadar, mereka mulai perlahan naik kembali hingga di point 3. Di posisi tersebut mereka mulai termotivasi untuk belajar dan meningkatkan kemampuan mereka. Rasa keyakinan pada kemampuan mereka pun meningkat begitupun dengan pengetahuan yang dimiliki.

Tibalah diposisi empat, di mana pengetahuan dan kepercayaan diri mereka berjalan seirama. Kepercayaan diri yang baik, begitu juga pengetahuan yang dimiliki. 

Kabar baiknya, titik ini adalah titik yang berkelanjutan. Perjalanan dari titik satu memberikan mereka sebuah pelajaran, bahwa mereka harus terus belajar dan refleksi diri.

Dari grafik tadi, kita bisa menyimpulkan bahwa untuk mengatasi atau mencegah bias kognitif dari Dunning Kruger Effect adalah dengan terus belajar. Dan yang bisa membantu mereka struggling dari Dunning Kruger Effect adalah diri mereka sendiri.

Referensi

Dunning-Kruger (Psychology Today)

Pendekatan Keterampilan Metakognitif dalam Pembelajaran Sains Di Kelas

Dunning Kruger Effect (Britannica)

The Dunning-Kruger Effect Shows Why Some People Think They're Great Even When Their Work Is Terrible (Forbes)

The Dunning-Kruger Effect (Sprouts: YouTube)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun