"Ignorance more frequently begets confidence than does knowledge: it is those who know little, not those who know much, who so positively assert that this or that problem will never be solved by science."
"Ketidaktahuan lebih sering menghasilkan kepercayaan daripada pengetahuan: mereka yang tahu sedikit, bukan mereka yang tahu banyak, yang dengan begitu positif menyatakan bahwa masalah ini atau itu tidak akan pernah bisa diselesaikan oleh sains."
Akan berbeda jika yang mendengarkan adalah orang yang paham, mereka akan paham bahwa yang sedang berbicara hanyalah terlalu melebih-lebihkan pengetahuan mereka yang sebenarnya terbatas.
Namun, di balik sikap ke-soktahuan mereka, apakah kamu pernah bertanya atau merasa penasaran? Kenapa sih mereka bisa bersikap seperti itu? Mereka sadar gak ya, kalau sebenarnya yang mereka lakukan itu tidak lebih dari sekadar sok tahu?
Sebelum menjelaskan lebih lanjut, yang perlu kita ingat adalah kita tidak membenci individunya, melainkan kurang setuju dengan sikap atau perilaku mereka. Jadi ada baiknya kita tidak menghujat atau membenci dengan cara yang terlalu berlebihan.
Sederhananya, orang yang (maaf) "bodoh" menganggap diri mereka pintar.
Dalam ilmu psikologi, ada yang namanya Cognitive Bias atau kesalahan dalam berpikir. Cognitive Bias ini memiliki jenis yang cukup banyak, salah satunya Anchoring Bias yang telah saya jelaskan pada artikel sebelumnya, dan kali ini saya akan membahas tentang Dunning-Kruger Effect (penyebab seseorang menjadi "sok pintar").
Berawal dari sebuah makalah hasil penelitian pada tahun 1999 oleh dua orang psikolog Cornell University, David Dunning dan Justin Kruger.Â
Dalam penelitiannya, kedua psikolog ini menemukan bahwa dibandingkan dengan orang-orang yang kompeten, orang-orang yang kurang kompeten menganggap diri mereka sangat kompeten.Â
Sederhananya, orang yang (maaf) "bodoh" menganggap diri mereka pintar.
Mereka gagal memahami kemampuannya sendiri dan tidak menyadarinya
Mereka sangat yakin bahwa mereka pintar dan ahli dalam suatu bidang. Hal ini dikarenakan kurangnya keterampilan metakognitif, yakni kemampuan dalam memahami atau menyadari diri sendri. Karena tidak memahami dirinya, akhirnya mereka juga gagal memahami kemampuannya sendiri.Â
Mereka juga tidak sadar bahwa mereka sebenarnya "tidak menyadari kemampuannya", mereka tidak sadar bahwa selama ini meraka hanya sekadar (maaf) sok tahu atau sok pintar. Mereka benar-benar menganggap diri mereka kompeten.