Pasca perang dunia ke II, globalisasi muncul dengan era kejayaan atas perubahan perubahan yang ditawarkan. Saat ini globalisasi menjadi salah satu era yang disoroti dunia internasional, pasalnya terjadinya globalisasi menyeluruh dalam segala aspek. Salah satunya aspek ekonomi. Globalisasi ekonomi adalah kegiatan ekonomi serta perdagangan yang berisi negara negara di dunia dalam satu kekuasaan tanpa adanya batas teritorial negara.Â
Globalisasi ekonomi membuka peluang pasar dari dalam negeri ke pasar internasional, salah satu dampak yang dihasilkan dari globaliasi ekonomi ini adalah inflasi. Dimana dapat memunculkan ketidakpastian dalam pertumbuhan ekonomi. Ketimpangan yang dihasilkan dari globalisasi itu sendiri adalah terorisme, kelangkaan pangan, kemiskinan, konflik etnis, dll. Banyak negara yang telah melakukan globalisasi ekonomi ini, salah satunya negara negara dikawasan Timur Tengah.
Timur tengah merupakan wilayah yang cakupannya luas, membentang antara Lidya Barat sampai Iran Timur dan Turki Utara sampai semenanjung Arabia Selatan. Dapat diartikan Timur Tengah adalah kawasan yang luas yang dan strategis sehingga memunculkan negara super power yang berupaya untuk menguasai serta memperebutkan kekuatan kawasan tersebut salah satunya Inggris dan Perancis.Â
Hal tersebut menandai munculnya gejolak konflik antara negara negara di Timur Tengah yang menimbulkan banyaknya perang saudara. Konflik tersebut juga didukung banyaknya pemberontakan politik dan jatunya rezim dibeberapa negara di Timur Tengah menyebabkan munculnya permasalahan, seperti ketimpangan politik dan ekonomi.Â
Dimana struktur ekonomi berbentuk piramida runcing. Yang berujung memunculkan masalah dalam segi perekonomian. Kemudian laju inflasi semakin tidak terkendali yang disebabkan oleh faktor faktor internal. Salah satu negara yang mengalami permasalah tersebut adalah Lebanon.
Sebagai negara yang berada di Timur Tengah, Lebanon dihuni beragam jenis suku dan agama. Hal ini membuat sistem politiknya bertumpu pada model sektarian yang artinya tidak hanya ada satu kelompok agama yang memimpin negara. Sistem ini tentunya memunculkan kesepakatan antara elit politik sektarian yang bertujuan untuk memperkaya diri sendiri dan terbukti merugikan serta menyengsarakan rakyata.Â
Karena keterikatan dalam sektarian menyebabkan merajalela praktek korupsi, nepotisme, kolusi di Lebanon. Kejadian ini tentunya memperkeruh praktek ekonomi  sehingga memunculkan krisis politik dan ekonomi dimana ketidakmampuan pemerintah dalam mengatasi situasi ini membuat penduduk kalang kabut. Kondisi ini tentunya membuat penduduk Lebanon terbelenggu dalam bayang bayang kemiskinan. Dimana lonjakan harga pangan mulai terasa di Lebanon.
Lebanon mengalami berbagai dinamika politik, ekonomi, sejak dahulu. Banyaknya bangsa yang dahulu menjajahi tanah tersebut yang  berakibat kepada struktur sosial kemudian melahirkan masyarakat heterogen dan memanifestasikan perubahan sosial di masyarakat Lebanon. Kondisi tersebut memunculkan konflik yang berujung pada perang saudara dimana mereka mengklasifikasikan diri mereka berdasarkan agama. Perang saudara yang panjang memunculkan banyak permasalahan yang mempersulit perkembangan ekonomi dan terhambatnya pemulihan ekonomi negara.
Dalam memperbaiki pertumbuhan ekonomi pasca perang saudara, pemerintah Lebanon perlahan menjalankan program rekontruksi ekonomi yang selama ini mengalami kemrosotan dengan cara melakukan peminjaman dana dari bank lokal hingga konvensional dengan tujuan untuk modal mengembalikan perekonomian negara. Efek yang ditimbulkan dari rekontruksi ekonomi tersebut bukannya memajukan sektor ekonomi Lebanon namun malah menjadi boomerang, yang kemudian menjadi faktor utama masalah keuangan di Lebanon.
Cara lain digunakan oleh pemerintah Lebanon untuk membangkitkan perekonomian negara dengan cara pemanfaatakn posisi ibu kota yang berada di bibir laut. Beirut berperan sangat penting dalam perkembangan ekonomi yang letaknya di pelabuhan. Beirut merupakan pelabuhan yang berperan penting dalam sektor perdagangan maupun jasa dimana menjadi titik utama lalu lintas perdagangan di Lebanon yang menjadi penghubung pasar komersial Asia, Eropa, hingga Afrika.Â
Namun ketika sistem ekonomi mulai stabil, terjadilah sebuah insiden ledakan di Pelabuhan Beirut yang berasal dari gudang penyimpanan bahan peledak anomium nitrat menyebabkan kerusakan parah di Beirut, sehingga tersendatnya laju perdagangan.Â
Ledakan tersebut juga menghancurkan sumber penyimpanan cadangan pangan negara. Yang artinya ancaman keamanan pangan di Lebanon sangat jelas nyata adanya. Ditambah lagi harga pangan di Lebanon naik drastis diakibatkan pintu masuk jalur perdagangan dan jalur pemasok makanan hancur akibat ledakan tersebut yang berakibat masyarakat tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar mereka. Ledakan ini semakin memperburuk situasi yang tengah terjadi di Lebanon.
Tidak hanya dari faktor internal saja, inflasi yang terjadi di Lebanon juga berasal dari faktor eksternal salah satunya invasi Rusia ke Ukraina. Lonjakan harga pangan ini sangat terasa dimana harga komoditas pasar perdagangan internasional melambung tinggo. Pasalnya Rusia dan Ukraina adalah pemasok komoditi pangan utama di dunia.Â
Sehingga efek invasi tersebut menyebabkan pasokan komoditi dari kedua negara tersebut mengalami kendala, padahal Lebanon merupakan salah satu negara yang ketergantungan terhadap sektor impor dalam pemenuhan kebutuhan negara. Inflasi melonjak tinggi mengakibatkan kenaikan harga pangan, disisi lain cadangan devisa yang dimiliki Lebanon terus mengalami penyusutan sehingga impor bahan pangan negara terancam.
Hal ini tentunya menyebabkan krisis ekonomi ditambah banyakya hutang Lebanon yang diperkirakan 150% dari total pendapatan negara yang mengakibatkan bank sentral meminjam uang ke bank bank komersial yang dengan konsekuensi bunga di atas pasar yang bertujuan untuk melunasi hutang dan memperbaiki sistem ekonomi.Â
Namun Lebanon gagal dalam pelunasan hutang senilai 90 miliar dolar AS yang berakibat rasio hutang naik 170 persen terhadap PDB, dan pertumbuhan PDB rill menyusut sebanyak 20,3 persen hingga inflasi menyentuh angka tiga digit, perbankan gulung tikar, mata uang Lira mengalami kemrosotan sebesar 81 persen.Â
Hal ini membuat cadangan mata uang asing ludes dan diperkirakan negara tidak dapat membayar biaya impor. Pasalnya bank secara signifikan kekurangan dolar. Akibatnya, bank bank memberlakukan pembatasan ekstrim pada sistem penarikan agar masyarakat tidak mengakses dana yang mereka miliki. Situasi ini mengakibatkan semua sektor ekonomi terganggu, yang tentunya menimbulkan kekhawatiran terhadap ketersediaan dan kestabilan pangan.
Dampak yang ditimbulkan dari hal ini adalah meledaknya angka pengangguran dan kemiskinan, harga tiap komoditi pangan meningkat drastis hingga kondisi ini mendorong masyarakat menuju jurang kemiskinan. Tingkat kemiskinan di Lebanon setiap tahunnya mengalami peningkatan, misalnya pada tahun 2019 kemiskinan penduduk meningkat dari 28 persen menjai 55 persen di tahun 2020.Â
Hingga kebutuhan seperti listrik, air, sanitasi pun pemerintah tidak mampu mengendalikan krisis ekonomi. ditambah lagi perang Suriah yang menyebabkan banyaknya pengungsi yang berdatangan ke Lebanon menyebabkan terpuruknya sistem perekonomian. Hal ini dibuktikan dengan mengecilnya lapangan pekerjaan bagi masyarakat asli Lebanon dan persaingan yang ditimbulkan dalam hal mendapatkan pekerjaan dan seringkali menimbulkan konflik.Â
Keberadaan pandemi covid 19 juga semakin memperburuk kondisi ekonomi. Dimana peran petugas kesehatan harus dihadapi dengan minimnya pasokan medis. Sehingga kapasitas sektor kesehatan di Lebanon berada di bawah tekanan, hal ini juga efek dari angka inflasi yang melonjak tinggi sehingga menyebabkan kenaikan harga obat obatan. Kejadian ini tentunya memperburuk kondisi yang ada di Lebanon.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI