Cerpen  |  Pelajaran Hidup dari Prof. Dr. Sulaeman Badil: Di Balik Cahaya, Ada Sisi Kelam
DikToko
(Soetiyastoko)
Suasana sore itu di kafe UNPAD Jalan Dipati Ukur, Bandung, tetap tenang. Di dalam gedung yang kokoh dengan arsitektur indah, Â suara cangkir kopi yang beradu dengan pisin-tatakan-nya, Â menjadi latar belakang bagi pertemuan penuh makna.
Di salah satu sudut kafe, sekelompok orang duduk mengelilingi Prof. Dr. Sulaeman Badil. Wajahnya tenang, namun pandangan matanya menyiratkan kesedihan yang dalam, seperti menyimpan rahasia yang tak terungkap.
"Prof, mengapa Prof tetap datang ke sini? Kami pikir Prof akan butuh waktu sendiri setelah...," Budi mencoba mengutarakan kekhawatirannya dengan hati-hati.
Prof. Sulaeman Badil tersenyum, meski lemah. "Terima kasih, Budi. Kehilangan mantan  istri pertama saya  -yang saya ceraikan secara tak patut. Dia, dia, yaa dia orang baik ...
Anugerahnya yang kusia-siakan.
Kepergiannya telah menyadarkan saya .
Kini tiba-tiba torehkan pedih yang sesungguhnya ....
Memang ini luka yang dalam. Tapi justru karena itu, saya ingin tetap bersama kalian. Ada sesuatu yang penting yang ingin saya sampaikan."
Semua orang yang duduk di sekelilingnya terdiam, bersiap lanjut mendengarkan.