Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Worklife | Menebar Ilmu Menuai Berkah: Renungan Inspiratif

25 Januari 2025   21:26 Diperbarui: 25 Januari 2025   23:35 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Worklife  |  Menebar Ilmu, Menuai Berkah: Renungan Inspiratif di Tengah Kehidupan Modern

DikToko
(Soetiyastoko)

Pernahkah kalian merasa malas berbagi ilmu karena merasa ilmu-mu "Cuma segini-gininya aja"? Atau, ...
Mungkin ada yang takut berbagi karena khawatir akan kehilangan "keunikan" yang dimiliki? Kalau iya seperti itu, tenang saja, kalian tidak sendirian. Bahkan tokoh-tokoh besar zaman dulu pun pernah menghadapi dilema seperti itu. Tapi tunggu, jangan buru-buru keluar grup dulu!

Kisah berikut ini mungkin bisa menyadarkan kita semua, termasuk saya, si penulis yang kadang terlalu asyik scroll medsos daripada menulis hal bermanfaat.

Di sebuah desa kecil yang asri, ada seorang guru bernama Pak Wira. Beliau terkenal sebagai orang yang cerdas, penuh ide, dan... ya, sedikit pelit membagi ilmu.

"Ngapain ngajarin orang kalau ujung-ujungnya mereka jadi lebih hebat dari kita?", katanya suatu kali dengan wajah serius.
Para muridnya mengangguk, meski di dalam hati mereka tahu ada yang kurang tepat dengan logika itu.

Namun, semuanya berubah ketika Pak Wira bertemu dengan pencerahan ala ala.

Suatu sore, saat ia tengah asyik memandangi pohon mangga di pekarangan rumah, tetangganya, Pak Darto, datang sambil membawa sebuah kitab tua.

"Pak Wira, ada cerita menarik dari zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Pernah dengar?"

Pak Wira, yang dikenal sok tahu, mengangguk dengan percaya diri meski dalam hati bergumam, "Umar siapa, nih?"

Pak Darto pun mulai bercerita.

"Jadi, suatu hari Khalifah Umar ditanya, 'Dari mana kau dapat ilmu sebanyak itu?' Jawaban beliau sungguh mengejutkan: 'Kita jadi tidak *bertambah tahu* sesuatu karena kita tidak mengamalkan apa yang sudah kita tahu.'"

"Hmm..." Pak Wira mengangguk-angguk, pura-pura paham.

"Tapi, Pak Wira," lanjut Pak Darto, "Kalau kita amalkan ilmu yang kita tahu, Allah bakal kasih ilmu baru yang nggak pernah kita bayangkan sebelumnya."

Kata-kata itu seperti kilat di siang bolong. Mendadak, Pak Wira teringat pohon mangga yang sering ia pandangi.

"Oh, iya, ya. Bibit mangga yang aku tanam dulu nggak cuma tumbuh jadi pohon, tapi juga berbuah terus-menerus. Ilmu itu mirip bibit, ya? Kalau disebar, bakal tumbuh dan hasilnya pun melimpah".


Sejak hari itu, Pak Wira berubah total. Ia mulai aktif menulis artikel di media sosial, mengadakan diskusi kecil-kecilan di balai desa, bahkan membuat video edukasi singkat tentang matematika---karena itu memang keahliannya.

Awalnya, respons orang-orang biasa saja. Bahkan, ada yang bilang,

"Pak Wira, kayaknya videonya kurang asyik deh. Coba tambahin animasi." Bukannya sakit hati, Pak Wira malah mencoba belajar editing video. Hasilnya? Videonya semakin menarik dan mulai viral di kalangan anak muda desa.

Semakin sering berbagi ilmu, semakin banyak pula ilmu baru yang ia pelajari.
Ketika dulu ia hanya tahu satu cara mengajar matematika, kini ia menguasai berbagai pendekatan. Bahkan, ia menemukan metode unik yang membuat murid-muridnya lebih cepat memahami konsep pecahan.

Dan yang paling mengejutkan, salah satu muridnya berhasil memenangkan lomba matematika tingkat kabupaten. Saat ditanya rahasia suksesnya, si murid menjawab,

"Semua karena ilmu yang diajarkan Pak Wira."

Mendengar itu, Pak Wira terharu. Ternyata, berbagi ilmu itu tidak hanya menambah pengetahuan, tapi juga memberikan kebahagiaan yang tak ternilai.

Kesimpulan

Menebar ilmu adalah ibadah yang tak pernah sia-sia.
Menulis adalah salah satu cara menyebarkan ilmu, selain dengan cara mengajarkannya dan mempraktekannya.

Ilmu yang diamalkan tak hanya bermanfaat bagi orang lain, tetapi juga membuka pintu-pintu ilmu baru bagi diri kita sendiri. Sebagaimana Khalifah Umar bin Abdul Aziz katakan,

"Kita akan tetap 'gelap' terhadap hal-hal baru jika tidak mengamalkan ilmu yang sudah kita miliki".

Saran

Jangan pernah ragu untuk berbagi ilmu, sekecil dan sesedikit apa pun itu. Sebab, ilmu ibarat bibit yang jika ditanam, suatu saat akan berbuah manis. Ingatlah firman Allah:

"Dan barangsiapa yang mengerjakan amal kebajikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya."  (QS. Az-Zalzalah: 7)

Selain itu, Rasulullah SAW bersabda dalam hadis qudsi:

"Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga."   (HR. Muslim)

Maka, yuk, jadikan berbagi ilmu sebagai kebiasaan sehari-hari.

Termasuk dengan menuliskannya, sehingga dapat menjangkau lebih banyak orang, sekaligus bisa jadi sesuatu yang diwariskan.

Bukan karena kita lebih tahu, tapi karena dengan begitu, kita akan dimudahkan mendapat ilmu baru. 

Kita ingin terus belajar bersama  hingga menutup mata yang terakhir. Sebagaimana perintah agama.

Siapa tahu, dari ilmu yang kita bagikan, ada orang lain yang menemukan jalan suksesnya, dan itu menjadi amal jariyah bagi kita.


Semangat berbagi ilmu!

_______

TARIRI  LPM FMM-BPA, menjembatani berbagi ilmu dengan latihan menulis Metode DikToko.

Suatu metode memudahkan untuk trampil menulis, bagi yang merasa tak berbakat menulis. Hingga mahir.

_______

Pagedangan, BSD, Kab.Tangerang, Sabtu, 25/01/2025 18:12:18

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun