"Jadi, suatu hari Khalifah Umar ditanya, 'Dari mana kau dapat ilmu sebanyak itu?' Jawaban beliau sungguh mengejutkan: 'Kita jadi tidak *bertambah tahu* sesuatu karena kita tidak mengamalkan apa yang sudah kita tahu.'"
"Hmm..." Pak Wira mengangguk-angguk, pura-pura paham.
"Tapi, Pak Wira," lanjut Pak Darto, "Kalau kita amalkan ilmu yang kita tahu, Allah bakal kasih ilmu baru yang nggak pernah kita bayangkan sebelumnya."
Kata-kata itu seperti kilat di siang bolong. Mendadak, Pak Wira teringat pohon mangga yang sering ia pandangi.
"Oh, iya, ya. Bibit mangga yang aku tanam dulu nggak cuma tumbuh jadi pohon, tapi juga berbuah terus-menerus. Ilmu itu mirip bibit, ya? Kalau disebar, bakal tumbuh dan hasilnya pun melimpah".
Sejak hari itu, Pak Wira berubah total. Ia mulai aktif menulis artikel di media sosial, mengadakan diskusi kecil-kecilan di balai desa, bahkan membuat video edukasi singkat tentang matematika---karena itu memang keahliannya.
Awalnya, respons orang-orang biasa saja. Bahkan, ada yang bilang,
"Pak Wira, kayaknya videonya kurang asyik deh. Coba tambahin animasi." Bukannya sakit hati, Pak Wira malah mencoba belajar editing video. Hasilnya? Videonya semakin menarik dan mulai viral di kalangan anak muda desa.
Semakin sering berbagi ilmu, semakin banyak pula ilmu baru yang ia pelajari.
Ketika dulu ia hanya tahu satu cara mengajar matematika, kini ia menguasai berbagai pendekatan. Bahkan, ia menemukan metode unik yang membuat murid-muridnya lebih cepat memahami konsep pecahan.
Dan yang paling mengejutkan, salah satu muridnya berhasil memenangkan lomba matematika tingkat kabupaten. Saat ditanya rahasia suksesnya, si murid menjawab,
"Semua karena ilmu yang diajarkan Pak Wira."