"Tentu, Nak," jawab Erni sambil tersenyum. "Kami hanya pelancong tua dan penulis, senang bertemu orang baru."
Wanita itu tersenyum lemah dan mulai bercerita, tanpa ditanya.
Seperti biasa, Erni dan Dona menerapkan jurus milik pemburu berita. Jurus yang membuat nyaman sang lawan bicara, sehingga "nyerocos" bercerita.
Semua adegan dan ucapan kenalan baru itu, lengkap terekam di kamera kecil yang bertenger di atas kepala Erni dan Dona. Kamera "go-pro".
Kisah yang Menyayat Hati
"Nama saya Yuni," katanya, suaranya bergetar. "Saya punya suami, dulunya pejabat. Tapi, dua tahun terakhir, hidup saya berubah jadi mimpi buruk."
Dona segera mengeluarkan buku catatannya. Bukan untuk sekadar menulis cerita, tetapi agar ia bisa memahami kehidupan yang berbeda dari miliknya.
"Suami saya selingkuh. Pertama dengan dua pembantu kami, lalu tetangga. Teman arisan Yuni. Dia bahkan menikahi mereka secara siri," lanjut Yuni, matanya mulai berair.
"Saya bertahan karena anak-anak saya. Mereka butuh sosok ayah, meski suami saya itu jarang di rumah."
"Apakah anak-anak tahu apa yang terjadi?" tanya Erni lembut.
Yuni menggeleng. "Tidak. Mereka pikir saya yang salah. Mereka sering bertanya kenapa Ayah tidak pulang. Saya takut mereka membenci saya jika tahu yang sebenarnya."