Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Di Balik Pegunungan Senja

6 Desember 2024   02:21 Diperbarui: 6 Desember 2024   02:24 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerpen  | Di Balik Pegunungan Senja 

DikToko
(Soetiyastoko)

SUV tua buatan Eropa itu gagah, melaju perlahan di jalur pegunungan rimbun yang berkelok. Melintasi punggung jajaran Bukit Barisan - Sumatera. 

Di dalam kendaraan kekar itu, Erni, seorang janda tua dengan rambut memutih yang diikat rapi, memandang lekat ke luar jendela.

Youtuber itu wajahnya lelah, tetapi sorot matanya penuh rasa ingin tahu. Di sebelahnya, Dona, putri semata wayang yang berprofesi sebagai penulis, tengah berdendang ceria. Tangan yang sedikit berbulu itu menggenggam setir dengan hati-hati.

Dona melengkapi diri dengan beberapa kamera, alat perekam suara yang bisa langsung mengkonversi ke tulisan. Canggih.  

Penulis produktif itu juga membawa buku catatan kecil. Ditaruh di atas dashboard, siap mencatat inspirasi kapan saja.

Mereka baru saja tiba di sebuah desa wisata terkenal, tempat bukit-bukit hijau berpadu dengan langit biru cerah. Namun, keindahan alam itu tidak sejalan dengan percakapan getir yang akan segera terjadi.

Saat berhenti di sebuah warung kecil untuk menikmati teh panas dan pisang tsnduk bakar, seorang wanita cantik tinggi langsing, mendekati mereka.

Wanita itu tampak gelisah, mengenakan pakaian sederhana, tetapi jelas dari raut wajahnya bahwa ia pernah hidup dalam kemewahan.

"Bu, bolehkah saya duduk di sini?" tanya wanita itu sopan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun