Cerpen  | Di Balik Pegunungan SenjaÂ
DikToko
(Soetiyastoko)
SUV tua buatan Eropa itu gagah, melaju perlahan di jalur pegunungan rimbun yang berkelok. Melintasi punggung jajaran Bukit Barisan - Sumatera.Â
Di dalam kendaraan kekar itu, Erni, seorang janda tua dengan rambut memutih yang diikat rapi, memandang lekat ke luar jendela.
Youtuber itu wajahnya lelah, tetapi sorot matanya penuh rasa ingin tahu. Di sebelahnya, Dona, putri semata wayang yang berprofesi sebagai penulis, tengah berdendang ceria. Tangan yang sedikit berbulu itu menggenggam setir dengan hati-hati.
Dona melengkapi diri dengan beberapa kamera, alat perekam suara yang bisa langsung mengkonversi ke tulisan. Canggih. Â
Penulis produktif itu juga membawa buku catatan kecil. Ditaruh di atas dashboard, siap mencatat inspirasi kapan saja.
Mereka baru saja tiba di sebuah desa wisata terkenal, tempat bukit-bukit hijau berpadu dengan langit biru cerah. Namun, keindahan alam itu tidak sejalan dengan percakapan getir yang akan segera terjadi.
Saat berhenti di sebuah warung kecil untuk menikmati teh panas dan pisang tsnduk bakar, seorang wanita cantik tinggi langsing, mendekati mereka.
Wanita itu tampak gelisah, mengenakan pakaian sederhana, tetapi jelas dari raut wajahnya bahwa ia pernah hidup dalam kemewahan.
"Bu, bolehkah saya duduk di sini?" tanya wanita itu sopan.