Kegagalan menjalankan tugas pokok dan fungsi - "tupoksi" sebagai orangtua, terlihat pada prilaku, adab, disiplin, keberagamaan, capaian-capaian dan prestasi anaknya.
Termasuk dalam menyemai kegemaran akan ilmu, tingkat rasa ingin tahu. Berujung pada tingkat kesungguhan belajar. Gigih.
Dari paragraf di atas tersirat bahwa setiap orangtua selain mengajarkan keimanan, wajib menanamkan 'benih gemar ilmu" kepada putra-putrinya. Harus direncanakan dan dilaksanakan secara berkesinambungan dan sejak dini.
Berkenaan dengan bahasan di atas, lalu apa hubungannya dengan judul tulisan in, "Dongeng Benih Gemar Ilmu" ?
Dongeng lebih sering disajikan saat menjelang tidur malam, saat bercengkrama dengan anak. Demikian pengalaman masa kecil bersama orangtua penulis dan itu sangat mengesankan.
Di saat seperti itu jarak fisik maupun psikologis nyaris tidak ada. Penulis menyimak dan menikmati dongeng dari ayah, dengan berbaring lekat disamping tubuh besarnya- berbantalkan lengannya.
Sesekali penulis diminta mengomentari adegan dongeng atau sikap tokohnya. Termasuk diminta menerka kelanjutan dongengnya akan seperti apa.
Pola-pola interaksi intim antara orangtua dengan anak, saat dongeng berlangsung, disisipkan berbagai nilai kehidupan, keberagamaan dan sebagainya. Disisi lain cara mendongeng yang seperti itu, penulis rasakan, telah menanamkan rasa ingin tahu, peningkatkan sikap kritis dan daya pemahaman. Dasar-dasar atau benih untuk menggemari ilmu.
Mengacu pada paragraf di atas, setiap pasangan muda yang hendak menikah, selain mendapatkan materi pembekalan yang sudah disiapkan Kantor Urusan Agama atau Kantor Catatan Sipil, mereka juga harus disiapkan; agar mampu menjadi Penyemai Benih Gemar Ilmu.
Negara ini butuh orangtua-orangtua yang bertanggung jawab atas anak-anaknya. Termasuk menumbuhkan pembelajar-pembelajar gigih yang gemar ilmu.
Setiap orangtua yang ingin anaknya tumbuh jadi soleh dan solehah, harus mampu mendongeng dengan baik. Harus belajar.