Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan | 15 Penyebab Seseorang Bermental Gagal

24 Oktober 2024   09:16 Diperbarui: 25 Oktober 2024   07:52 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan  |  15 Penyebab Seseorang Tumbuh Bermental  Gagal,  Tidak Punya Tekad atau Determinasi Kuat

DikToko
(Soetiyastoko)

"Jelang senja kelompok singa meneguhkan tekad, besok harus bisa lari lebih cepat dibanding seekor rusa yang paling lambat. Sementara kelompok rusa bertekad untuk bisa lari lebih cepat dibanding singa yang larinya tercepat" (Pepatah Afrika)

Tekad bin determinasi adalah karakteristik penting dalam menghadapi tantangan hidup.

Individu yang tumbuh tanpa kekuatan ini sering kali kesulitan dalam mencapai tujuan mereka, cenderung menyerah di tengah jalan, dan kurang mampu menghadapi stres.

Faktor lingkungan dan cara orang tua mendidik anak sangat berperan dalam membentuk karakter ini.

Berikut adalah 15 penyebab seseorang bisa tumbuh dengan mental yang lemah dan tidak punya tekad kuat:

1. Overprotektif (Terlalu Melindungi)

Orang tua yang terlalu melindungi anak dari kegagalan dan masalah hidup cenderung membuat anak tidak belajar menghadapi kesulitan.

Anak-anak ini terbiasa dengan kenyamanan dan cenderung takut mengambil risiko karena mereka tidak pernah diajarkan untuk menghadapi kegagalan.

2. Kurangnya Kesempatan Mengambil Keputusan Sendiri

Ketika anak-anak tidak diberi kesempatan untuk mengambil keputusan sendiri, mereka tidak belajar bagaimana mengembangkan kemampuan berpikir mandiri dan mengambil tanggung jawab atas pilihan mereka.

Perlakuan orangtua yang seperti ini, menghambat pertumbuhan kemampuan anak untuk menetapkan dan mengejar tujuan.

3. Kritik Berlebihan

Orang tua yang selalu mengkritik atau menekankan kekurangan anak bisa merusak rasa percaya diri mereka.

Jika anak merasa "tidak pernah cukup baik", mereka akan takut untuk mencoba hal-hal baru karena takut gagal atau dikritik.

4. Kurangnya Pujian dan Penghargaan

Anak yang jarang mendapat pujian atau pengakuan atas usaha mereka bisa kehilangan motivasi untuk bekerja keras.

Jika usaha mereka dianggap tidak berarti, mereka cenderung tidak memiliki dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih besar di kemudian hari.

5. Tidak Adanya Tantangan yang Cukup

Jika anak selalu diberi jalan mudah tanpa tantangan, mereka tidak akan belajar pentingnya kerja keras dan ketekunan.

Tantangan yang tepat justru membantu anak mengembangkan tekad dan daya juang ketika dihadapkan pada kesulitan.

6. Lingkungan yang Tidak Mendukung

Lingkungan yang penuh dengan orang-orang yang pesimis atau tidak mendukung dapat melemahkan semangat seseorang.

Jika seseorang sering mendengar bahwa usaha mereka tidak ada gunanya atau mereka akan gagal, hal ini dapat mengikis tekad mereka untuk terus maju.

7. Pengalaman Traumatis atau Kegagalan Besar

Pengalaman traumatis, seperti kegagalan besar atau penolakan yang menyakitkan, dapat membuat seseorang kehilangan kepercayaan diri.

Jika tidak dibimbing dengan baik, mereka mungkin merasa takut untuk mencoba lagi dan akhirnya memilih menyerah.

8. Perbandingan Berlebihan dengan Orang Lain

Anak yang selalu dibandingkan dengan saudara atau teman-temannya yang lebih sukses atau pintar cenderung merasa rendah diri.

Mereka mungkin merasa tidak ada gunanya berusaha karena "selalu kalah" dalam perbandingan ini.

9. Pola Asuh Otoriter

Orang tua yang bersikap otoriter dan terlalu kaku dalam mendisiplinkan anak dapat menekan perkembangan inisiatif dan kreativitas anak.

Anak-anak ini cenderung takut membuat kesalahan dan lebih suka mematuhi perintah daripada berinisiatif sendiri.

10. Ketergantungan Berlebihan pada Orang Lain

Jika anak terlalu bergantung pada orang tua atau pengasuh untuk melakukan segala sesuatu bagi mereka, mereka tidak akan belajar bagaimana menyelesaikan masalah mereka sendiri.

Ini menciptakan mentalitas pasif dan membuat mereka ragu untuk mengambil tindakan mandiri.

11. Kurangnya Keteladanan

Anak-anak belajar banyak dari teladan orang tua atau orang dewasa di sekitar mereka.

Jika mereka tidak melihat model peran yang memiliki ketekunan dan tekad dalam hidup, mereka mungkin tidak mengerti pentingnya bekerja keras dan bertahan menghadapi tantangan.

12. Perilaku Permisif Orang Tua

Orang tua yang terlalu permisif dan selalu memenuhi keinginan anak tanpa batasan, cenderung membesarkan anak yang kurang bertekad.

Anak ini jadi tidak terbiasa menghadapi penolakan atau bekerja keras untuk mencapai sesuatu, sehingga mereka mudah menyerah ketika menghadapi tantangan nyata.

13. Kurangnya Dukungan Emosional

Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang kurang hangat dan suportif secara emosional mungkin merasa kesepian dan tidak memiliki dorongan internal untuk berkembang.

Tanpa dukungan emosional, sulit bagi mereka untuk memiliki semangat dan determinasi yang kuat. Tumbuh jadi orang yang tidak punya sikap gigih. Tak mampu berjuang.

14. Pengaruh Teknologi Berlebihan

Terjebak dalam dunia teknologi, terutama hiburan digital yang instan seperti video game atau media sosial, bisa membuat seseorang malas berusaha dalam kehidupan nyata.

Ketergantungan pada hiburan, dengan cepat dapat mengurangi daya juang mereka dalam menghadapi tantangan dunia nyata.

15. Kurangnya Tujuan Jangka Panjang

Seseorang yang tidak pernah diajarkan untuk menetapkan tujuan jangka panjang dan bekerja keras untuk mencapainya, berkemungkin besar akan tumbuh dengan mental yang tidak punya determinasi.

Tanpa tujuan yang jelas, seseorang cenderung hidup tanpa arah, hanya mengikuti arus tanpa tekad untuk mencapai sesuatu yang bermakna.

Saran

Berikut beberapa saran yang dapat membantu mencegah anak tumbuh dengan mental yang lemah dan tidak punya tekad kuat:

1. Dorong Anak Menghadapi Tantangan

Biarkan anak menghadapi kesulitan dan tantangan kecil sejak dini. Bantu mereka memahami bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Ajarkan mereka untuk bangkit setelah jatuh, sehingga mereka terbiasa bekerja keras dan tidak menyerah.

2. Ajarkan Anak Menetapkan Tujuan

Mulai dari hal kecil, ajari anak untuk menetapkan tujuan dan mengupayakan pencapaiannya. Ini akan membantu mereka memahami pentingnya ketekunan dalam mencapai sesuatu. Pastikan tujuannya realistis dan terukur agar mereka tidak merasa terbebani.

3. Berikan Kesempatan Mengambil Keputusan

Libatkan anak dalam pengambilan keputusan, baik keputusan kecil seperti memilih pakaian atau menu makan, hingga keputusan yang lebih besar sesuai usianya. Ini akan mengajarkan mereka tanggung jawab dan kepercayaan diri dalam mengambil keputusan.

4. Hindari Sikap Overprotektif

Izinkan anak untuk mencoba hal-hal baru, bahkan jika itu berisiko mereka gagal. Overprotektif bin 'terlalu melindungi anak' hanya akan membuat mereka takut mencoba. Dengan memberikan kebebasan yang sehat, anak akan belajar menghadapi masalah dengan percaya diri.

5. Berikan Pujian yang Tepat

Berikan pujian yang fokus pada usaha, bukan hanya hasil. Misalnya, daripada mengatakan "Kamu sangat pintar," lebih baik mengatakan "Kamu bekerja keras dan itu luar biasa." Hal ini mengajarkan mereka bahwa proses dan ketekunan adalah hal yang penting.

6. Bersikap Konsisten dalam Memberi Penghargaan dan Hukuman

Konsistensi dalam memberikan penghargaan dan hukuman akan membantu anak memahami konsekuensi dari tindakan mereka. Pastikan hukuman yang diberikan mendidik, dan penghargaan diberikan saat mereka menunjukkan usaha yang baik, bukan hanya karena hasil akhir.

7. Ciptakan Lingkungan yang Mendukung

Lingkungan yang mendukung sangat penting. Buatlah suasana di rumah yang penuh dengan dorongan positif, penghargaan terhadap usaha, dan komunikasi terbuka. Jangan biarkan komentar negatif dari luar mempengaruhi semangat anak untuk terus berusaha.

8. Jadilah Contoh yang Baik

Anak-anak meniru apa yang mereka lihat. Tunjukkan ketekunan dalam kehidupan sehari-hari Anda. Jika anak melihat bahwa orang tua mereka bekerja keras dan tidak mudah menyerah, mereka akan cenderung meniru perilaku tersebut.

9. Berikan Kebebasan Berpikir dan Bereksplorasi

Dorong anak untuk mengembangkan minat mereka sendiri dan mencari tahu apa yang mereka sukai. Kebebasan dalam bereksplorasi ini akan menumbuhkan rasa ingin tahu, inisiatif, dan ketekunan dalam mengejar hal yang mereka cintai.

10. Ajarkan Mengelola Kegagalan

Ajak anak untuk berdiskusi setiap kali mereka mengalami kegagalan. Bantu mereka menganalisis apa yang salah, lalu buat rencana untuk memperbaiki atau mencoba lagi. Ini mengajarkan mereka bahwa kegagalan bukan akhir dari segalanya, melainkan kesempatan untuk belajar.

11. Kurangi Ketergantungan pada Teknologi

Batasi waktu anak di depan layar, terutama untuk hiburan pasif seperti bermain game atau menonton video tanpa tujuan produktif. Alihkan perhatian mereka pada aktivitas yang melibatkan kreativitas dan kerja keras, seperti olahraga, seni, atau hobi yang memerlukan ketekunan.

12. Ajarkan Empati dan Kesabaran

Ajarkan anak untuk memiliki rasa empati terhadap orang lain. Mengetahui perjuangan orang lain bisa membuat mereka lebih tangguh dan penuh determinasi.

Kesabaran dalam mencapai hasil juga perlu diajarkan agar anak tidak mudah frustrasi jika usahanya tidak membuahkan hasil seketika.

13. Ajarkan Anak Berpikir Positif

Bantu anak mengembangkan pola pikir positif dengan mendorong mereka untuk melihat sisi baik dari setiap situasi, bahkan kegagalan.

Ketika mereka mulai menyerah, ingatkan mereka tentang hal-hal positif yang telah mereka capai.

14. Libatkan Anak dalam Kegiatan yang Menantang

Dorong anak untuk mengikuti kegiatan yang melibatkan tantangan dan kompetisi sehat, seperti olahraga, permainan strategi, atau kegiatan akademik yang membutuhkan usaha ekstra.

Pengalaman ini bisa membantu membangun daya tahan mental mereka.

15. Berikan Ruang untuk Kreativitas

Biarkan anak berkreasi dan mengembangkan ide-ide mereka sendiri tanpa terlalu banyak intervensi. Ini akan membantu mereka mengembangkan pola pikir inovatif dan tekad untuk terus mencoba, meskipun idenya mungkin belum berhasil di awal.

Kesimpulan

Ketekunan dan determinasi adalah sifat yang bisa dipupuk melalui pendekatan yang tepat.

Orang tua dan lingkungan memainkan peran penting dalam membentuk mental anak yang kuat.

Orangtua, dalam batas-batas tertentu, perlu memberikan kebebasan bereksplorasi, menghadirkan tantangan, dan mendukung anak saat mereka menghadapi kesulitan, agar anak dapat tumbuh menjadi individu yang memiliki tekad kuat dan mampu menghadapi berbagai tantangan dalam hidup.

--------

Pagedangan, BSD, Kab.Tangerang , 24/10/2024 08:11:18

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun