Padahal fakta saat ini, semakin banyak pasangan yang sama-sama bekerja, demi tercukupinya biaya kehidupan keluarga. Tak jarang pula pendapatan istri jauh lebih besar dari gaji suami.
Dari fakta diatas, mestinya kultur dominasi suami mulai berubah. Tak boleh suami tak peduli pada pekerjaan rumah. Istri sudah terbebani bekerja cari uang, tak pantas-lah suami ongkang-ongkang jadi mandor di rumah.
Di sisi lain, dengan semakin terbukanya akses informasi dan pola pikir yang lebih modern, generasi muda ayah sekarang jauh lebih terlibat dalam pengasuhan anak, baik secara fisik maupun emosional. Perubahan ini masih membutuhkan waktu, namun tanda-tanda positif sudah mulai terlihat.
Ada sisipan pengakuan, bahwa ketidak-berdayaan dan kemiskinan adalah fasilitas bagi kaum mapan. ART adalah wujudnya, bekerja tanpa batasan jam kerja dan jaminan sosial yang diundangkan
*Saran*
Untuk mengurangi stigma fatherless, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengubah pola pikir tentang peran ayah dan ibu dalam rumah tangga.
Setiap anggota keluarga, baik laki-laki maupun perempuan, harus dilibatkan dalam berbagai tugas rumah tangga dan pengasuhan anak.
Jangan membedakan peran berdasarkan gender, dan mulai mengajarkan hal ini sejak dini kepada anak-anak. Dengan begitu, diharapkan generasi berikutnya bisa tumbuh dalam lingkungan yang lebih seimbang dan menghargai keterlibatan kedua orang tua.
Tambahan, setiap keluarga yang mempekerjakan ART, wajib mentunaikan hak-hak pekerjanya.
------------
Selasa, 10/09/2024 12:46:17
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H