Fetty mengangguk sambil dengan jemari menyisir rambutnya yang tertiup angin.
"Iya, kebanyakan orang Indonesia nganggap peran ayah cuma dilihat dari segi ekonomi. Yang penting cari nafkah. Urusan anak? Serahkan ke ibu."
Sambil tersenyum, Fetty kemudian melirik ke Jamal. "Eh, Mas Jamal, itu peran lo, kan? ATM berjalan buat anak-anak."
Tawa langsung pecah. Jamal hanya bisa menunduk sambil menggeleng, menahan tawanya.
"Wah, wah... Gue, ATM berjalan? Sakit banget gue digituin."
Myrna yang sejak tadi mendengarkan, akhirnya angkat bicara.
"Tapi bener, loh. Dulu, kalo ada cowok yang gendong anak pake jarik di mal, pasti deh dicibir, 'Kemana istrinya?' Sekarang malah dianggap suami idaman."
Widdy menyambut. "Bener, dan itu mulai keliatan di generasi sekarang. Kayak suamiku tuh, kalau aku lagi capek, dia nggak ragu ambil alih kerjaan rumah. Masak, cuci piring, mandiin anak. Generasi sebelumnya? Pasti dianggap aneh."
Susan mengangguk setuju. "Iya, tapi menurutku masih perlu ada perubahan besar yang harus dilakukan. Sekarang memang lebih baik karena informasi soal parenting lebih terbuka, tapi stigma tentang peran ayah yang cuma pencari nafkah masih kuat."
Jamal tiba-tiba menyela dengan ekspresi serius, tapi tetap dengan gaya bercandanya.
"Eh, kalian bayangin ya. Kalo gue gendong anak di mall, bukannya dianggap keren, malah dikira gue babysitter. Pahit!"