Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Fatherless Bias Perspektif Keluarga di Antara Bunga

12 Oktober 2024   22:18 Diperbarui: 12 Oktober 2024   22:25 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fetty mengangguk sambil dengan jemari menyisir rambutnya yang tertiup angin.

"Iya, kebanyakan orang Indonesia nganggap peran ayah cuma dilihat dari segi ekonomi. Yang penting cari nafkah. Urusan anak? Serahkan ke ibu."

Sambil tersenyum, Fetty kemudian melirik ke Jamal. "Eh, Mas Jamal, itu peran lo, kan? ATM berjalan buat anak-anak."

Tawa langsung pecah. Jamal hanya bisa menunduk sambil menggeleng, menahan tawanya.

"Wah, wah... Gue, ATM berjalan? Sakit banget gue digituin."

Myrna yang sejak tadi mendengarkan, akhirnya angkat bicara.

"Tapi bener, loh. Dulu, kalo ada cowok yang gendong anak pake jarik di mal, pasti deh dicibir, 'Kemana istrinya?' Sekarang malah dianggap suami idaman."

Widdy menyambut. "Bener, dan itu mulai keliatan di generasi sekarang. Kayak suamiku tuh, kalau aku lagi capek, dia nggak ragu ambil alih kerjaan rumah. Masak, cuci piring, mandiin anak. Generasi sebelumnya? Pasti dianggap aneh."

Susan mengangguk setuju. "Iya, tapi menurutku masih perlu ada perubahan besar yang harus dilakukan. Sekarang memang lebih baik karena informasi soal parenting lebih terbuka, tapi stigma tentang peran ayah yang cuma pencari nafkah masih kuat."

Jamal tiba-tiba menyela dengan ekspresi serius, tapi tetap dengan gaya bercandanya.

"Eh, kalian bayangin ya. Kalo gue gendong anak di mall, bukannya dianggap keren, malah dikira gue babysitter. Pahit!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun