Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cerpen | Melodi Sunyi Diantara Cahaya dan Bayang Jakarta

5 September 2024   22:22 Diperbarui: 5 September 2024   22:32 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasa suka dan kecewa  yang menggelayuti
pikiran, mengajakku mulai berkelana, menyusuri setiap ingatan dan pengamatan yang terkumpul dalam hari-hariku.

"Aku melihat hidup orang lain begitu nikmat," gumamku dalam hati. Rasanya mereka memiliki hidup yang sempurna. Tidak pernah tampak ada kekurangan.

Teman-ku di kantor, dan rekan-rekan tim pendukungku yang selalu tampak sukses dan ceria, seolah tidak pernah terjatuh.
Tapi, aku tahu betul, bahwa mereka pun menyimpan duka di dalam hati, yang tak pernah terungkap di permukaan.

Mobil perlahan melintasi jembatan Semanggi, menuju Jalan Gatot Subroto ke arah Tomang.
Aku menatap sekeliling, gedung-gedung tinggi berdiri kokoh di sepanjang jalan. Alunan jazz kini berganti dengan denting lembut bossanova Rien Jamain, mengiringi arus pikiranku yang terus berkelana.

"Aku melihat hidup teman-temanku tak ada duka dan kepedihan," kembali aku bergumam. Namun, semakin aku mengenal mereka, semakin aku sadar bahwa kebahagiaan mereka datang dari rasa syukur. Bukan karena hidup mereka sempurna, tapi karena mereka pandai mensyukuri apa pun yang ada.

Di balik senyum mereka, ada ujian yang tak kasat mata, yang dijalani tanpa keluhan.

Langit mulai gelap ketika aku sampai di jalan tol Slipi, laju mobil mulai lancar.

Agak tersendat ketika mendaki Flyover Tomang, kesempatan melihat deretan Tower di atas Mal Taman Anggrek.

Di atas sini, pikiranku lebih tenang. Suasana jalan yang luas dan lapang membiarkan aku tenggelam dalam lamunan.

"Saudaraku tampak begitu tenang dalam kehidupannya," pikirku. Namun, di balik itu semua, aku tahu dia selalu menghadapi badai kehidupan.

Hanya saja, dia menjalaninya dengan sabar, dan menemukan kedamaian dalam ujian yang datang silih berganti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun