Mahasiswi itu kemudian berbicara kepada penjual dodol kornet di stasiun kereta Pondok Ranji. "Bu, berapa harga dodol per potong?Â
Jika saya membeli 50 potong setiap hari, berapa harganya? Bolehkah saya membayarnya setelah dodolnya laku terjual?Â
Atau saya bayar kontan, tapi saya minta potongan harga lagi ?
Saya berjanji akan terus menjadi pelanggan Ibu, terutama jika banyak yang suka dengan dodol buatan Ibu."
Penjual dodol setuju memberi tambahan diskon 5%, jika dibayar kontan saat barang diambil.
Pertimbangannya, perputaran uang bisa lebih besar, bisa beli bahan dengan harga lebih murah. Bahan-bahan bisa langsung dikirim kerumahnya, tak perlu dini hari jalan kaki untuk belanja ke pasar.
Di sisi lain sehari-hari sebelumnya, ia paling banyak hanya mampu menjual  80 potong saja.
Mahasiswi itu kemudian mulai menjual dodol kornet. Pelanggannya adalah teman-teman sekelasnya, yang kemudian berkembang ke kelas-kelas lainnya.Â
Suatu ketika, seorang dosennya tertarik dan ingin membeli. Mahasiswi itu memberikan 10 dodol kepada dosen tersebut tanpa meminta bayaran, namun dia meminta agar dodol tersebut diperkenalkan kepada rekan-rekan dosen lainnya.
Keesokan harinya, dosen tersebut memesan 80 potong dodol untuk sajian di ruang dosen.
Keuntungan yang diperoleh mahasiswi ini cukup besar, tidak hanya menambah uang jajan, tetapi juga menjadi sumber pendapatan yang signifikan bagi seorang mahasiswi.