Sementara itu, pada umumnya para pemimpin negara asal anak-anak yang diberi beasiswa ini umumnya kurang menyadari hal ini.
Contoh Kasus di Indonesia Tahun 1965
Setelah peristiwa kudeta yang gagal oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1965, warga negara Indonesia yang mendapat beasiswa dari Uni Soviet dan negara komunis lainnya dicurigai akan menjadi pembawa ideologi komunis.
Banyak di antara mereka yang ditolak untuk kembali ke Indonesia. Sebagian yang lain takut pulang ke Indonesia karena khawatir akan mendapatkan perlakuan buruk atau dicurigai sebagai simpatisan komunis.
Sebaliknya, di era awal pemerintahan Jenderal Soeharto, banyak mempekerjakan mereka yang sebelumnya menerima pendidikan dari blok barat, Amerika Serikat, dan
Eropa. Misalnya, BJ Habibie, yang belajar di Jerman dan kemudian menjadi salah satu teknokrat terkemuka di Indonesia. Ini adalah contoh bagaimana mereka yang belajar di Barat mendapatkan posisi strategis dalam pemerintahan Orde Baru. Hingga dikenal sebutan sebagai kelompok Harvard yang merujuk pada lulusan-lulusan universitas top di Amerika Serikat yang banyak berperan dalam pemerintahan Soeharto.
Sebagai negara berdaulat, para pemimpin Indonesia harus menyadari hal ini. Sehingga perlu dilakukan pembekalan intens sebelum anak-anak cerdas Indonesia diberangkatkan ke luar negeri untuk belajar.
Demikian pula saat mereka selesai belajar dan pulang ke tanah air. Benih-benih proxy itu harus dinetralkan.
Belajar dengan fasilitas beasiswa dari negara pendonor biaya, bermanfaat untuk menimba ilmu pengetahuan yang bersifat teknis.
Namun, mereka harus "divaksin" agar tetap menjadi pembela nusa dan bangsa, bukan tumbuh menjadi proxy yang tanpa disadari dimanfaatkan negara lain.
Penutup