Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Implikasi Politik Luar Negeri Beasiswa Asing

18 Juli 2024   00:50 Diperbarui: 18 Juli 2024   18:03 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
shutterstock via kompas.com

Sementara itu, pada umumnya para pemimpin negara asal anak-anak yang diberi beasiswa ini umumnya kurang menyadari hal ini.

Contoh Kasus di Indonesia Tahun 1965

Setelah peristiwa kudeta yang gagal oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1965, warga negara Indonesia yang mendapat beasiswa dari Uni Soviet dan negara komunis lainnya dicurigai akan menjadi pembawa ideologi komunis.

Banyak di antara mereka yang ditolak untuk kembali ke Indonesia. Sebagian yang lain takut pulang ke Indonesia karena khawatir akan mendapatkan perlakuan buruk atau dicurigai sebagai simpatisan komunis.

Sebaliknya, di era awal pemerintahan Jenderal Soeharto, banyak mempekerjakan mereka yang sebelumnya menerima pendidikan dari blok barat, Amerika Serikat, dan

Eropa. Misalnya, BJ Habibie, yang belajar di Jerman dan kemudian menjadi salah satu teknokrat terkemuka di Indonesia. Ini adalah contoh bagaimana mereka yang belajar di Barat mendapatkan posisi strategis dalam pemerintahan Orde Baru. Hingga dikenal sebutan sebagai kelompok Harvard yang merujuk pada lulusan-lulusan universitas top di Amerika Serikat yang banyak berperan dalam pemerintahan Soeharto.

Sebagai negara berdaulat, para pemimpin Indonesia harus menyadari hal ini. Sehingga perlu dilakukan pembekalan intens sebelum anak-anak cerdas Indonesia diberangkatkan ke luar negeri untuk belajar.

Demikian pula saat mereka selesai belajar dan pulang ke tanah air. Benih-benih proxy itu harus dinetralkan.

Belajar dengan fasilitas beasiswa dari negara pendonor biaya, bermanfaat untuk menimba ilmu pengetahuan yang bersifat teknis.

Namun, mereka harus "divaksin" agar tetap menjadi pembela nusa dan bangsa, bukan tumbuh menjadi proxy yang tanpa disadari dimanfaatkan negara lain.

Penutup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun