Kita semua tidak ingin, generasi yang menjadi penyintas pandemi ini, mengidap "cacat pabrik" dalam proses pembelajarannya.
Inisiatif pencarian dan pembentukan pola pembelajaran baru di "normal yang baru", hendaknya berlangsung terbuka. Melibatkan banyak pihak, kita harus segera keluar dari suasana "kegagapan pola belajar dan proses pembelajaran".
Lalu bagaimana dengan tingkat pendidikan tinggi-universitas ?
Setiap universitas, hendaknya tidak perlu gengsi dan malu-malu. Belajar dan mengadopsi pola dan proses belajar jarak jauh, dengan modul-modul sudah teruji, yang selama ini dilakukan oleh Universitas Terbuka.
Lembaga pendidikan tinggi negeri-nasional, yang sudah puluhan tahun menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh dan terbukti dengan tingkat kualitas alumnusnya.
Dengan berpikir positif dan bertindak kreatif, pandemi Covid 19, telah mengajarkan dan memaksa setiap pihak untuk "loncat" lebih tinggi.
Ketika kini era pandemi berlalu, kondisi lingkungan pembelajaran bukan berarti 100% kembali pada pola yang digunakan sebelum pandemi.
Pengalaman sebagai penyintas pandemi, telah memperkaya cara-cara pembelajaran. Kini kita punya cara pembelajaran online yang memperkaya pola pembelajaran offline.
Dengan kata lain, kini kita punya keleluasaan yang lebih baik dalam proses pembelajaran. Pengembangan modul-modul pembelajaran secara online, sepatutnya diteruskan melengkapi pembelajaran tatap muka.
Penulis tidak punya data, seberapa besar pembelajaran online telah mengubah kesadaran orangtua murid dalam pendampingan belajar anak-anaknya.
Seberapa besar telah mengubah "ketetapan hati" atau determinasi belajar dikalangan mahasiswa dan civitas academica lainnya di ditingkat pendidikan tinggi.