Kalimat-nya seperti ini,
"Hakikat kedalaman tauhid seseorang, adalah, bila telah tidak melihat pengaruh-pengaruh sesuatu, ...
Selain Allah, ..."
Ayah menengok ke arah-ku saat mengatakan,
"Dan itulah yang disebut tingkatan haqqul-yaqin, ..."
Beliau diam, tangannya dibersihkan di bawah kucuran air kran di sudut taman. Wajah terlihat ceria dan bersemangat. 3 tahun terakhir ini ayah lebih suka bicara tauhid, keyakinan terhadap Allah. Sekali-kali masih dimainkannya biola Stradivarius, warisan dari eyangnya. Eyang-buyut-ku.
Ayahnya sahabat-ku pernah berkata, kesenangan orangtua itu "Ditanggap-disimak saat bicara, kurang suka disanggah, ..." .
Dengarkan saja dengan penuh perhatian. Itu salah satu cara menghibur-nya. Kesenangan yang tidak bisa kau belikan di toko apapun.
Meski  yang diucapkannya, sudah kau dengar berkali-kali.
Begitulah orangtua, ...
Aku tertegun sejenak. Suara bicara ayah terdengar. Namun aku tak menyimak, apa yang beliau ucapkan tadi.
Mulai lagi konsentrasi, mengikuti yang disampaikan ayah-ku, ...