Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kalimat-Kalimat Ayah

2 Oktober 2023   21:11 Diperbarui: 2 Oktober 2023   21:15 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bang, bang, ... yang seperti itu; bukan-lah sebagai hasil ibadah, tetapi
semata-mata karunia
dan rahmat Allah". Kali ini ada mutiara cair di sudut matanya.

"Bang, ... Maka orang-orang saleh yang sedang berusaha menuju ke alam nur, ...
Mereka terus berjuang dan memohon agar bisa tetap lurus menggapai ridho Allah" , aku hanya bisa mengangguk, mengiyakan. Dalam hatiku, aku terus berdzikir untuk kebaikan ayah-ku.

"Sedangkan
yang telah sampai
di haribaan-Nya, ...", nafasnya tertahan, ....

"Bang, mereka adalah orang-orang yang sungguh beruntung. Mereka berkecimpung
di dalam telaga cahaya petunjuk, ..."

Kupandangi wajah ayah, kepalanya disangga dua bantal, di atas satu guling

Beliau berhenti bicara, matanya menyapu sudut-sudut kamar. Dihelanya empat kali nafas panjang, dihembuskan pelan-pelan. Seperti sedang mengingat-ingat sesuatu, ...

Lalu mulai berkata lagi,

"Sebab orang yang keyakinan-nya telah sampai di haribaan Allah itu, ... Mereka telah bersih darisegala sesuatu selain Allah, ... Ayah masih jauh dari keadaan itu, ...." , matanya mencari sesuatu di mata-ku.

"Bang, .... didiklah anak-anak-mu, jadikan manusia yang soleh, ... Syukur bila semua jadi penghafal dan pelaksana firman-Nya, ...". Matanya pelan-pelan terpejam dan terdengar seperti ter-isak, menangis.

Aku jadi ingat kalimat ayah beberapa minggu yang lalu, saat kami bicara di teras depan, usai beliau memotong rumput dan menambahkan pupuk kandang di pot-pot bunga, kesayangan ibu-ku.

Kukira itu sebagian cara ayah, untuk menyenangkan hati ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun