Â
Kebersamaan Perlu Perawatan Bersama, Tidak Cukup Hanya dengan Pernyataan Cinta
Oleh: Soetiyastoko
Jatuh cinta pada pandangan pertama. Cinta juga ada yang lambat tumbuh, lalu membesar karena sering bertemu. Tresno jalaran kulino - cinta tumbuh karena terbiasa.
Ada juga yang ditumbuhkan karena kesadaran, harus merawat kebersamaan. Misalnya karena dipertemukan : ta'aruf.
Bisa juga karena dijodohkan orangtua atau bahkan dijodoh-jodohkan oleh teman-teman dilingkup pergaulan. Eeh ! Kok jadi cinta sungguhan.
Namun tak semua cinta berujung pada pernikahan. Bahkan cinta yang sampai di pelaminan pun tak serta-merta menjadi langgeng. Himgga azal memisahkan.
Banyak pesta-pesta nikah-megah para pesohor dunia hiburan, Sukses jadi tontonan heboh di televisi, menyedot banyak iklan. Amat disayangkan, bila usia perkawinan itu tak sampai seumur jagung. Â Dan yang seperti itu nyatanya ada yang terjadi. Tak elok bila nama selebritis itu ditulis di sini.
Ada juga menjadi berita buruk, namun disiarkan. Pekerja seni yang berulang-kali kawin cerai. Sungguh ini pelajaran yang tak baik bagi kaum muda. Tersirat mengajarkan seolah-olah kawin-cerai itu hal biasa dan tak perlu dihindari.
Hal kawin-cerai selebritis, berita buruk yang seharusnya tidak masif disebar-luaskan oleh media. Apa manfaatnya ? Memalukan. Tak sopan memberitakan aib orang.
Beritakanlah yang positif, pasangan pekerja seni yang pernikahannya langgeng tanpa gosip hingga dipisahkan  azal, pun ada. Silahkan diulas. Jadikan pelajaran.
Timbul pertanyaan, mengapa bisa terjadi yang demikian ? Ada yang langgeng, ada yang sering kawin-cerai.
Kelanggengan kebersamaan pasangan dalam pernikahan, tidak terjadi begitu saja.
Ini menyangkut moralitas, mentalitas, kedewasaan, kesadaran, ke-beragama-an keduabelah pihak.
Daya saling menjaga perasaan, tanggung jawab masing-masing pihak. Saling menghargai, menghormati, toleransi. Ini bagian dari kedewasaan seseorang.
Uang, penting bagi kehidupan rumah tangga. Tetapi bukan jaminan keutuhan dan kebahagiaan sebuah rumah tangga. Demikian pula halnya, dengan kualitas dan kuantitas kehidupan intim di tempat tidur.
Pasangan yang dewasa dan terjaga akhlak, mentalitas dan moralitasnya ; merekalah yang paling berpeluang mendapatkan kebahagiaan rumah tangga yang sesungguhnya.
Pasangan seperti itu, relatif lebih mampu merawat kebersamaan berumah tangga. Apapun badai yang menimpanya.
Pasangan jenis ini, setiap pihak selalu berusaha untuk menjadi lebih baik dan terus berusaha menerima dan memaafkan kekurangan pasangannya.
Ada Standart Operational Procedure / SOP Rumah Tangga yang dipatuhi suami-istri yang demikian.
Cinta mereka tidak direkat oleh keelokan fisik belaka, tetapi disatukan oleh kesadaran untuk selalu bersama-sama dan saling ingin membahagiakan. Dalam kondisi apapun.
Hal diataslah yang membuat masing-masing mampu mengendalikan diri, di saat ada beda pendapat maupun perselisihan dan masalah. Sehingga persoalan-persoalan mampu diselesaikan dengan baik.
Bagi kalian pembaca tulisan ini, tentu sangat ingin bisa hidup bahagia selamanya dengan pasangan.
Keinginan itu bisa terwujud, jika kalian bertekad mewujudkannya. Saat ini amat banyak sumber informasi termasuk lembaga yang dapat membantu menyiapkan dirimu dan pasangan cinta-mu, meraih impian itu.
Termaksuk buku-buku yang amat membantu menyiapkan dirimu. Bahkan Kantor Urusan Agama (KUA) dan Kantor Catatan Sipil, telah memfasilitasi para calon pengantin. Lembaga resmi ini menyelenggarakan semacam kursus/bimbingan, pengetahuan yang dibutuhkan untuk mewujudkan rumah tangga yang bahagia dan langgeng.
Setiap pasangan suami-istri bertanggungjawab atas kemajuan Bangsa dan Negara. Dari mereka akan lahir generasi penerus.
Rumah tangga yang rukun-akur dan bahagia, adalah prakondisi yang harus disediakan ayah-ibu, bagi putra-putrinya.
Anak-anak harus terjaga dan terdidik jiwa dan raganya. Harus dikondisikan dengan situasi yang kondusif. Ayah dan Ibu harus menguasai ilmu dan tatacara merawat, mendidik secara baik dan benar setiap anak yang dilahirkannya.
Tentu saja harus dinafkahi dengan yang halal. Bukan hasil maksiat termasuk korupsi.
Sesuatu yang baik, tidak pernah ditumbuhkan oleh sesuatu yang buruk. Pembaca tulisan ini pasti tidak pernah nyogok atau minta disogok. Juga tidak pernah memeras, meski punya kekuasaan.
Termasuk tidak mau diupah untuk membela keingingan pihak lain yang jelas tak berhak. Menolak dijadikan begundal oleh siapa pun.
Semoga rumah tangga yang bahagia di dunia dan akhirat; jadi milik para pembaca tulisan ini. Yaa ! Do'a-ku, untuk kamu !
Aamiin Yaa Allah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H