Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Kangen Dikau, Kata-mu

29 Maret 2023   12:21 Diperbarui: 29 Maret 2023   12:31 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu apa gunanya, mengingat-ingat-ku, merindukan diriku , hingga kini ?

Apa tak terbaca oleh-mu, perasaanku di mataku, di senyumku, disikapku, dinada suara-ku.

Kau sungguh menyiksa-ku dengan iming-iming harapan, tapi tak kunjung kau berikan.

Bukankah dirimu sungguh mengharapkan-ku ? Mengapa tak kunjung kau ikrar-kan ? Tak jua kau proklamasikan kepada-ku ?

Andai saja kau berani nekad pamit pulang dari rumahku lewat malam, mungkin pak hansip yang berjaga, berkenan memaksamu menikahiku.

Tapi kau terlalu sopan untuk membuatku melakukan yang begitu. Bahkan kau tak pernah menyentuhku ! Namun justru itu kehebatan-mu yang kusuka.

Aku jadi ingat yang dulu-dulu, kenangan di sudut ruang tamu. Termasuk menunggu sesatu akan kau lakukan di bawah pohon mangga. Yaa ! Lambai-an tangan dan senyum, sebelum menderu  di atas tunggangan. Tinggalkan-ku.

Aah  kamu ! Jangan ulangj lagi kalimat yang membuatku malu tersedu dikamarku, kau bilang pada teman kita, 'Takut kutolak dan membuatku tak mau lagj berteman dengan-mu"

Mestinya dikau sudah tak punya rasa takut itu. Bukankan hampir tiap kau berkunjung ke rumah-ku, aku selalu me nyambut-mu full senyum dan segala riang manja-ku.

Mungkinkah aku berbohong dengan semua spontanitas-ku itu ? Aku perempuan, tak patut melesatkan anak panah. Mestinya, kamu yang menarik tali busur dan melepaskannya penuh mesra.

Tapi semua itu telah jadi penantian yang sia-sia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun