Soetiyastoko
Untukmu rambut merah sebahu,
yang
kemarin
berjacket hijau
Terlalu dini jika
menyebutmu
kekasih
Terlalu vulgar menulis nama-mu
Aku tak ingin yang terburu-buru mekar,
pun
sekejap layu
Aku tak ingin menulis pesona indah-mu
terlalu spesifik
Karena yang begitu
adalah merayu
menerbangkan
asa
ke-awan harap
Aku hanya ingin
kau tahu
Sejak pertemuan
yang kebetulan
bareng
dengan-mu,
di atas bemo,
ku
selalu teringat
kamu
Boleh-kah
aku
mengetuk
bilik jiwa-mu
dan
kusemai
julur-kasih
Tak usah
kau jawab dengan kata-kata,
atau
anggukan kepala
Jika kau suka
dan
bersedia,
besok
kau kan ku-temui
di
pintu kelas-mu
Jika aku datang
dan
tak mampu senyum untukmu, ...
Maafkan aku,
terlalu besar
rasa-ku pada-mu
Ingin bisa
selalu
se-bemo
dan
se-becak
dengan-mu
Gembala-kan rasa
yang
indah
dengan segala
kehati-hatian
(Sebab, aku belum mampu menafkahi-mu, jika harus menikahi-mu sesegera yang kuinginkan)
Duhai Pemilik Cinta,
jadikan rasa ini
gayung bersambut,
bukan lambai-an
yang
di-abai-kan
***
Pesona Ciputih, pinggir utara kabupaten Bogor.
Langit hitam, biarkan bintang-bintang telanjang tak terusik senyum rembulan.
Juli 2022, sebuah catatan tantang cerita seorang sahabat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H