Puisi  |  Why Do You Love Me ?
Soetiyastoko
Bagaimanapun,
kekasih,
kita saling cinta
meski akhirnya kau pilih pergi
dari-ku
Kata-mu
terhalang sesuatu
dan
kata-mu lagi,
aku tak mungkin pinggir-kan itu,
karena
jika-pun aku bisa,
ke depan, 'kan jadi duri
itu-pun kata-mu juga
Kekasih, biarlah
kubingkai cinta kita
dalam puisi
Surat-surat-mu tetap lengkap
kusimpan
dikotak kayu jati, meski setiap kali membaca-nya lagi menggores benak-ku
Begitu-pun surat-surat-ku
untuk-mu
yang sengaja kau jilid mewah,
karena
kau tak sanggup
merobek,
membakar,
apalagi membuangnya.
Maka surat-surat terjilid itu
kau
kembalikan pada-ku
Dalam jilid anyaman daun pandan
diseling sabut kelapa
begitu indah
rekaan-mu
Kekasih,
mengapa jadi begini
Kau tak mau kata-kan,
apa,
dibalik semua ini
Ucap-mu,
"Biar-lah hanya ada goresan tipis, bukan sayatan menganga diantara kita ..."
Kekasih,
kuharap suatu ketika nanti
kau berkenan
membacanya
lagi
(Tak ada lagi benih-benih cinta yang tersisa, semua telah kuberikan pada-mu, ... tak ada lagi getar sukma rupawan indah yang bisa merengkuh hati-ku. Hanya pesona hambar belaka. Tak ada yang seperti kepada-mu)
***
Bumi Puspiptek Asri, di ujung Rabu 15 Juni 2022, dari headset kudengar siaran radio, merdu lagu  lama Almarhum Band Koes Plus: "Why do you love me, ..."
Sengaja kutulis untuk semua warga GWA Kumatrak, sahabat remaja-ku dulu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H