Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kata-nya

19 Mei 2022   00:12 Diperbarui: 19 Mei 2022   00:14 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi  | Kata-nya

Soetiyastoko

Di teras belakang rumah
dan
halaman taman yang nyaris jadi belukar

Tiba-tiba teringat tulisan sang Begawan,

"Anak-mu, bukanlah anakmu. Dia anak masa depan. Sedangkan kau, adalah busur, tugasmu lesatkannya, terbang jauh ke masa depan, ..."

Begitu 'kah, yang pernah kubaca ?

Aku tak mampu ingkar, sudah mulai lupa, ...

Meski serasa, baru kemarin mereka berlarian
di
halaman ini
 
Puing-puing pot
kesayangan ibu-nya
yang pecah
serta
serpihan mawar,
berantakan
tertabrak mereka
yang
riang bercanda

Adegan itu terbayang nyata

Kini
adalah
masa depan itu

Kucari lagi
buku itu
ingin ku-eja lagi dengan benar
dan
lantang
Puisi  Khalil Gibran

Ku-ingin
rasakan lagi
getaran jiwa-nya

..........

Istriku
mencoba berlari kepintu depan,
dipanggilnya
penjaja bahan dapur

Dia terlihat lincah-riang,
sukses dapatkan yang diinginkan

"Aku akan buat pisang goreng yang banyak dan sayur asem lengkap, kesukaan-mu, ..."

Dia duduk, tak jauh dari-ku
cekatan gunakan pisau
yang
kemarin ku-asah
tajam

"Anak-anak kata-nya, janjian mau datang, cucu kita semua suka pisang goreng tanpa tepung... Ditaburi parutan keju dan kental manis, ..."

Aku merasa harus bersihkan halaman  ini
ku tak ingin duri mawar lukai cucu-cucu-ku

Pintu gerbang pagar
belum kukunci,
hampir jam dua puluh dua

Mereka masih kami tunggu, ...

Jalan di perbukitan itu dingin
masih  macet
sedangkan pisang goreng itu mulai beku

Belum kusentuh.

Istriku menepuk nyamuk di pipiku,
wajahnya,
kecewa

***

Pagedangan-BSD,  Selasa 8 Maret 2022 hening dan redup, daun-daun kuncup menunggu pagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun