Beruntung, tadi waktu yang kubutuhkan untuk memperbaiki trophi-trophi yang rusak, tidak banyak. Kerusakan seperti itu selalu saja ada, kala karya buatanku itu terguncang-guncang diperjalanan.
Kadang aku heran, tambalan-tambalan di jalan beraspal itu, tidak pernah benar-benar rata. Selalu meninggalkan tonjolan-tonjolan, yang membuat mobilku terguncang-guncang. Terkadang amat keras.
Aku tidak tahu, apakah Indonesia punya insinyur teknik sipil ahli menambal lubang-lubang di jalan. Atau pendidikan dengan subkeahlian  seperti itu, memang belum ada.
Hai, pembaca, adakah kalian tahu tentang hal itu ?
Biar kedepan, semua jalanan di Indonesia mulus. Biar trophi buatanku tidak rusak ketika kukirim.
***
Di Warung Padang itu tak ada bangku yang kosong. Semua terisi yang sedang makan atau minum kopi. Aku ikut berdiri, ngantri pesan makanan.
Tiga orang di depanku, pesan nasi + gulai kepala kakap. Kelihatannya dan aromanya terhirup olehku. Wangi daun kemangi-serawung, asli, menggugah selera.
Dua orang dibelakangku, dari seragamnya kutahu, pasti salah satu pengendara mobil Blindvan perusahaan ekpedisi. Dia kurir resmi, aku kurir abal-abal. Hii hii hii, ...
"Lumayan kita bisa tenang, paket-paket itu dikemas oleh kantor. Tidak ada komplain-keluhan, dari penerima barang, ..."
"Ya, iya-lah, yang mengemas sudah biasa, sudah ahli, ..."