Berita yang muncul di gawai, "Yang sudah disatukan Tuhan itu akan dipisahkan, walaupun keduanya sudah berhenti nafas. Satu lubang, peti-nya seperti di pelaminan. Berdampingan. Salah satunya akan dipindahkan, ...."
Aku heran, wartawan-wartawan model sekarang, 'kok laporan jurnalistik-nya, seperti itu ?
Boleh, dong, aku bertanya dan mempertanyakannya.
"Pak RT, berhenti dulu berkhayalnya, gantiin Pak RW yang sudah 3 kali KO". Buah-buah catur itu sudah tersusun lagi. Siap dimainkan. Kulambaikan tanganku, "Lagi tanggung, nih. Harus dinaikkan pagi ini" , jawabku.
Kalimat-kalimat terus kuketikan di tablet pemberian anak sulungku.
Mataku tiba-tiba ditarik suara papan kaca gambar bergerak, yang tergantung di dinding pos ronda. Katanya ada tasyakuran 40 hari-nya korban pajero sport di jalan tol.
Kali ini, sudah terjadi, gambar yang jadi latar belakang sudah sendiri. Sudah dipisah. Suaminya tak terlihat gambarnya di acara itu. Aah, begitu teganya manusia.
Di gambar berikutnya, bergantian muncul video, orang yang status hubungannya besan itu.
Wartawan-wartawan, wawancara kalian hanya memicu pertengkaran dan dosa.
"Tidak, Pak RT ! Sumpah ! Â Saya hanya disuruh produser!"
***