Anak-anak belajar bersosialisasi, sebagian besar dengan meniru. Demikian pula dengan moralitas dan mentalitas.
Role-model, contoh utama yang ditiru anak-anak, adalah orangtuanya. Selanjutnya lingkungan pergaulan disekitar yang terdekat, atau pun yang terlihat.
Kini, media televisi dan media maya lainnya, telah menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mental, moralitas, sosial dan keber-agama-an anak dan remaja. Bahkan orangtua, semua orang.
Media televisi, media maya lainnya, dengan mudahnya masuk ke ruang keluarga. Bahkan hadir secara pribadi di gawai setiap anggota keluarga.
Upaya pencegahan, sensor atau pun pengaturan jam tayang, perlu dipertanyakan efektivitasnya. Dalam menghindarkan terlihatnya tontonan-tontonan yang tidak patut dilihat.
Para seniman pengisi acara televisi, media maya lainnya, sepatutnya dipilih dengan ketat. Tidak hanya berdasarkan "potensi keter-tontonan-nya" saja.
Kehidupan pribadinya, harus dijadikan pertimbangan, kelayakan menampilkannya.
Ini, bukan berarti mematikan sumber rejeki sejumlah orang atau dua atau tiga artis.
Tetapi menyangkut, meng-amankan sebagian besar warga Bangsa, dari prilaku yang tak patut ditonton. Apalagi sampai dicontoh.
Media dituntut berlaku bertanggung jawab. Sekaligus menumbuhkan lingkungan yang kondusif bagi keluarga-keluarga di seluruh pelosok negeri. Serta "memaksa" para seniman penampil di media, agar sungguh-sungguh menjaga kehidupan rumah tangganya.
Lalu, bagaimana dengan mata pencaharian para penampil itu, bila tidak diberi kesempatan lagi untuk tampil.
Mereka bisa diberi peran dibelakang layar.