Bersama-sama komponen bangsa yang lainnya, "berpotensi menjadikan" bangsa yang kokoh. Tak ubahnya dengan gedung tinggi, dengan "rangkaian besi beton" yang menjamin tegak dan kokohnya bangunan megah itu.
Betapa peran penting "pengikat", pada sapu lidi. Tanpa pengikat yang kuat, batang-batang lidi secara individual; tidak mampu berperan sebagai "sapu".
Menyadari potensi fungsi dan peran pasukan pengibar bendera, terhadap kehidupan bernegara. Maka perlu dijaga dan dilestarikan pola perekrutan yang baik dan fair.
Jangan sampai ada orang-orang titipan, yang tiba-tiba dimenit terakhir "diselundupkan" kedalam barisan. Seraya mengeluarkan anggota yang sudah berlatih sekian lama. Tanpa alasan yang jelas dan masuk diakal.
Demikian pula perlakuan, pelatihan, pembinaan sebelum pengibaran bendera. Seharusnyalah patuh pada standar yang telah ditetapkan secara nasional. Termasuk pemilihan pembina dan pelatih lapangan.
Tidak boleh asal tunjuk pelatih dan pembina lapangan. Harus ada kriteria baku yang dijadikan standar.
Harus dipilih manusia yang tidak cacat integritas.
Tidak hanya itu, tetapi harus meliputi perlakuan, pembinaan sesudahnya. Harus dijaga dan dipelihara. Sesuatu yang tidak boleh disepelekan. Calon Paskibra, pelatih, pembina dan mantan Paskibra, ... Mereka adalah aset bangsa.
Bukan sekedar bedak pelengkap penampilan pesta ulang tahun kemerdekaan.
Pembinaan setelah purna paskibra adalah sebuah proses penting. Tidak boleh diabaikan. Mereka harus diberi peran pemersatu, pengikat.
Hal ini bukan berarti memperlakukan mereka sebagai anak emas. Dibedakan. Namun diberikan kesempatan untuk menumbuhkan potensi masing-masing.
Agar bisa hidup mandiri dengan baik. Bukankah, mereka adalah "krim terpilih" anak bangsa.