Mohon tunggu...
Suta Wreda
Suta Wreda Mohon Tunggu... -

(QS 103) - saling berpesan dalam kebenaran dan dalam kesabaran."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengembalikan Kehormatan Dunia Islam

20 Juni 2016   16:57 Diperbarui: 20 Juni 2016   17:11 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dunia Islam terpuruk dengan munculnya fenomena buruk ISIS, Bokoharam, Taliban, Abu Sayyaf, Al Sabab, dsb. Jauh lebih buruk dari pada bencana Al Qaeda sebelumnya.

Di Indonesia kabarnya telah ratusan Muslim WNI yang menyeberang ke Timur Tengah demi bergabung dengan ISIS. Pemerintah bingung. Presiden Joko Widodo mengaku belum menemukan cara untuk mencegah penyebaran ISIS di Indonesia. Sementara iitu penyusupan terus merebak dengan pelbagai cara.

Sungguh tak terbayangkan sebelumnya. Masyarakat dunia yang umumnya beradab dan berbudaya tersentak. Tetapi sebenarnya pertanyaan tentang kenapa dunia Islam terbelakang dan terpurruk sudah kerap dikemukakan sejak lama. Amir Syakib Arsalan (1869-1946), adalahl yang pertama dalam catatan sejarah. Seorang aktivis, pemikir dan sastrawan dari Libanon yang terkenal dengan bukunya yang berjudul Limadza Ta’akhkhar al-Muslimun wa Limadza Taqaddama Ghairuhum? Kenapa Umat Islam Terbelakang, dan Kenapa Umat Lain Maju?

Arsalan menguraikan pandangannya secara komprehensif dan rasional, seperti: konsistensi dalam tradisi beragama, etos kerja tinggi disertai etos ilmu pengetauan atau saintifik, menghargai kearifan bangsa atau nasionalisme. Contoh: Jepang dan Eropa, simbol kemajuan dunia pada awal abad ke-20.

Adalah kehendak Tuhan bahwa gagasan Arsalan itu pada abad ke-20 bertemu dengan gagasan-gagasan besar para pelopor kemajuan dunia Islam di tanah air kita sendiri, Seperti: Bung Karno, Gus Dur, KH Ahmad Dahlan, HOS Tjokrominoto, Hasyim Asy’ari, dsb.

Harap Baca

Para ulama/cendekiawan Muslim itu telah mencurahkan nilai-nilai yang rasional dan universal yang, dapat dipahami dan diterima oleh kalangan terpelajar dan mereka yang mau belajar. Jalan kemajuan bagi dunia Islam di masa depan sebenarnya telah diretas. Tetapi rasionalitas masih harus tunduk dibawah dogma: pokok ajaran tentang kepercayaan yang harus diterima sebagai hal yang benar dan baik, tidak boleh dibantah dan diragukan.

Hal itu eperti apa yang dikatakan oleh DR. Kamaluddin Nurdin Marjuni, BA (AL-AZHAR). M.PHIL & PH.D (CAIRO):“Aqidah dan ideologi, atau sering disebut dan dinamai sebagai kepercayaan. Oleh karena itu Aqidah diartikan sebagai “Ikatan yang erat kokoh dan pegangan yang kuat”.

Islam Agama/Aqidah Berbasis Keyakinan Mutlak

Islam menempatkan Enam Rukun Iman dan Lima Rukun Islam sebagai hukum tertinggi. “Rukun” artinya “syarat mutlak” yang wajib/harus diterima, dipercaya, haqqul yakin dijalankan, dengan segala konskwensi.

Dengan sendirinya, dan tidak bisa lain, amalan atau perbuatan menjadi relatif atau tersubordinasi.

Keyakinan tentang eksistensi (keberadaan) Allah swt atau Tuhan Yang Maha Esa memang telah diterima sepenuhnya dengan baik oleh kalangan penganut agama umumnya. Meski perlu dicatat bahwa atheis atau atheisme bukanlah kejahatan.

Tetapi substansi keimanan rukun-rukun yang lain dituntut oleh fakta-fakta yang aktual haruslah dikanji kembali dengan sungguh-sungguh..

Mengingat:

Cita-cita luhur “Islam membawa rahmat bagi semua” belum tercapai hingga kini setelah melalui banyak “trial and error” yang menyedihkan. Iman hanya berada dalam diri kita dan memang hanya untuk diri sendiri. Tetapi untuk membangun dunia mutlak diperlukan usaha bersama  dan kerja nyata.

Aqidah berbasis kepercayaan cenderung mendistorsi perintah Allah berikut yang demikian jelas dan kuat:

(42:43). Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih. Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.

Institusi Islam tidak appresiatf terhadap hak-hak azasi manusia dan aspirasi kemanusiaan; hal yang dapat dianggap sebagai melampaui kehendak Tuhan atau mengada-ada.

Institusi Islam risih dan resist terhadap aspirasi keadilan sosial dan sosialisme..

Hendaknya Islam dijaga dan dicegah dari ketundukan yang di luar batas terhadap pikiran-pikiran atau benda-benda yang tidak reali

Note: “The Longest Journey is The Journey Inwqrd”

Agama/Aqidah Berbasis Amal Perbuatan atau Budi Pekerti

Bagaimana Halnya Dengan Agama/Aqidah Berbasis Amal Perbuatan atau Budi Pekerti? Agama Buddha adalah sebuah contoh di antaranya.

Agama Buddha amat menjunjung tinggi karma – hukum alam atau kosmos yang berpegang pada prinsip sebab akibat. “Kamma” atau “Karma” berarti perbuatan atau aksi. Ada aksi atau karma baik dan ada pula aksi atau karma buruk. Kehendak atau “cetana” membuat orang melakukan suatu tindakan lewat tubuh, ucapan atau pikiran. Selama suatu makhluk berkehendak, melakukan kamma (perbuatan) sebagai sebab maka akan menimbulkan akibat atau hasil. Disebut juga sebagai Kamma Vipaka.

Kamma yang baik akan membawa kamma vipaka yang baik. Kamma yang buruk akan membawa kamma vipaka yang buruk. Ini berlaku pada semua manusia. Tanpa kecuali atau diskrimiasi, kecuali pada kamma itu sendiri sebagai hakim atau penentu. Pertolongan dan bantuan pihak lain, bahkan dewa-dewi sekali pun, tidak ada pengaruhnya dan tidak dapat membantu.

(Ref.: Wikipedia,, “Agama Buddha”.)

Wassalam, semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun