Mohon tunggu...
Suta Wreda
Suta Wreda Mohon Tunggu... -

(QS 103) - saling berpesan dalam kebenaran dan dalam kesabaran."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Meneladani Nabi Muhammad dengan Fitrah

3 Januari 2016   10:05 Diperbarui: 3 Januari 2016   10:36 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fitrah artinya wajar dan baik. Meneladani Nabi Muhammad memang sudah meluas dikalangan umat Islam di mana-mana. Firman Allah menyertainya:

(33:21).  Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah

Tetapi apakah rahmat dan kebaikan itu benar tercapai dan terwujud? Mengapa hidup orang Islam itu umumnya susah maju dan bahkan tertimpa malapetaka sosial ekonomi di banyak tempat di dunia?

Tampaknya umat Islam harus banyak introspeksi mawas diri dan untk benar mengikuti  bimbingan Allah  seperti yang difirmankan dalam Al Quran.

(8:24).  Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan (iman' ilmu, amal saleh) kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara  manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan.

Yang wajib diteladani dan diikuti adalah seruan Rasul yang relevan memberi kehidupan yakni iman,' ilmu, dan amal saleh. “Sunnah Rasul” itu tentunya peneladanan yang sesuai dan tunduk kepada peintah-perintah Allah.

(4:80).  Katakanlah: "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir".

Ada penghalang besar yang bersumber dari orang Islam sendiri yakni dari pola berpikir yang salah.

Agama Nostalgia

Di antara umat Islam ada yang berkeyakinan untuk menirukan apa saja yang dikatakan,  diperbuat, atau tradisi-tradisi Nabi untuk mendapatkan pahala. Pendeknya untuk  menciptakan atmosfir yang terasa religius seperti jaman Nabi hidup. Tetapi bukan menjadi tujuan mutlak untuk mendapatkan ridho Allah seperti tersebut dalam ayat-ayat di atas. Karena itulah mereka tidak mampu berpikir dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang positif.Seperti cara berpakaian, berpenampilan, mengucapkan jargon-jargon Arabik. Menjaga jarak ketat menjauhi lawan jenis; yang, mengarah kepada merendahkan derajat wanita. Wanita harus berpakaian berat jilbab dan hijab yang akibatnya dapat mempersulit berprofesi atau berkarier.

Yang demikian itu boleh kita sebut “Agama Nostalgia”

Pokoknya Hadis

Mereka berpegang kepada Hadis dengan tidak pilih-pilih dengan hati-hati. Melainkan hanya bertaqlid kepada ustadz dan ulama yang sealiran. Hadis sejatinya  penuturan orang-orang  terdahulu  yang telah lama meninggal. Hadis banyak mendistorsi Al Quran dalam perkara-perkara yang sangat dijunjung tinggi.. Contohnya:

Isra’. Hadis mengisahkan sebagai perjalan Nabi Muhammad dengan badannya dari Masjidil Haram Mekah ke Masjidil Aqsa Yersalem. Melibatkan batu terbang, binatang ajaib Bouraq, dan Malaikat Jibril. Padahal Al Quran  Surat Al Isra’ 17:60 menjelaskannya sebagai mimpi yang benar. Mimpi yang benar bukan dari bawah sadar melainkan dari Allah SWT:

(17:60). Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: "Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia". Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Al Quran. Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka.

Mi’raj . Dikisahkan hanya dalam  Hadis yang intinya, berkat tawar-menawar Nabi dengan Tuhan di Sidratul Muntaha, menghasilan perintah shalat wajib lima waktu.

Al Quran sama sekali tidak berkisah tentang Mi’raj. Tentang shalat fardlu diperintahkan hanya tiga waktu, dengan ayat-ayat yang jelas dan kuat.

(17:78-79).  Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).

(11-114).  Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.

Bahkan  kalangan ormas besar seperti NU dan Muhammadiyah tidak berani menyentuh kontroversi tersebut. Mungkin praktek yang berjalan dianggap sebagai kemapanan yang baik. Hanya kalangan minoritas yang berpikiran maju menganggapnya penting untuk tajdid atau restorasi.

 

Wassalam, semoga bermanfaat.

Tulisan sebelumnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun