Mohon tunggu...
Soetan Basa Ferdiansyah
Soetan Basa Ferdiansyah Mohon Tunggu... -

Student of Naval Architecture FTUI;\r\nChairman & Cellist of OSUI Mahawaditra;\r\nLove Engineering,Music,Literature,History,and Swimming

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

A trip to Etinjing (Etika Enjinering)

19 April 2011   06:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:39 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak lama setelah itu, kami memilih untuk mengunjungi salah satu rumah pemulung. Sebuah rumah yang berdempet dengan dua rumah lainnya tapi memiliki satu pekarangan kecil bersama. Satu rumah kira2 memiliki ukuran 2x2 meter dan dihuni oleh satu atau dua orang. Tidak ada kamar mandi atau pun fasilitas untuk MCK di sana. Adanya hanyalah dapur kecil yang terletak didepan rumah itu dengan peralatan seadanya. Dia yang tinggal disana adalah Bapak Agus. Seorang pria berumur sekitar 55 tahun yang terlihat agak kumuh dan dekil.

Dari hasil wawancara kami dengan bapak Agus, dia mengaku sudah memiliki keluarga yang menetap di Bekasi, terpisah darinya. Ada seorang istri dan tiga orang anak berumur 25,23,dan 16 tahun. Duang orang anaknya yang tertua sudah tidak lagi sekolah. Mereka sudah bekerja tapi pak Agus tidak menyebutkan apa pekerjaan mereka. Anak bungsunya masih sekolah di bangku SMA kelas 1 dan hidup bersama ibunya.

Jika ditanya mengapa dia pindah hidup di Pasar Minggu, jawabannya adalah untuk mencari nafkah sebagai pemulung. Dari hasil penelusuran kami, bapak ini ternyata berpendidikan sangat rendah, SD saja tidak lulus. Menurut perkiraan kami dia juga tidak memiliki keterampilan khusus yang dapat membantu hidupnya. Pemulung seperti satu-satunya pelihan dia untuk dapat bertahan hidup. Berbekal rumah yang katanya disediakan oleh bos pemulung, akhirnya dia hanya bisa menikmati hidup susahnya mencari barang-barang bekas yang masih bisa dipingit untuk nantinya dijual dan dikumpul ke bosnya. Rata-rata penghasilan pak Agus sehari adalah 30 ribu rupiah. Dari duit segitulah dia harus berhemat memenuhi segala kebutuhan hidupnya.

Harapan pak Agus adalah agar pemerintah lebih memperhatikan rakyat kecil dan kaum marginal seperti mereka. Dia berharap agar nanti suatu saat ada perubahan dan ada pekerjaan yang lebih layak baginya dan dapat menghidupi keluarganya dengan lebih sejahtera.

Setelah merasa cukup dengan hasil wawancara tersebut,saya dan nofri meminta pak Nofri dan tetangganya berfoto bersama. Tak lupa kami memberi sedikit sembako dengan harapan dapat meringankan beban hidup pak Agus.Mudah-mudahan kunjungan kami ini dapat menyenangkan hati mereka dan menjadi pelajaran berharga yang tak terlupakan ketika kami menjadi orang besar kelak.Amin

Saya dan nofri akhirnya minta ijin pulang kepada pak Agus. Perjalannan kembali balik ke Depok kami lanjutkan dengan naik sebuah bis kota. Seperti di awal,seperti di akhir. Selalu ada pengamen jalanan yang menemani. Dan saya pun kembali dalam posisi sulit, memberi atau tidak. Sekian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun