Barter adalah salah satu transaksi perdagangan tertua di dunia. Meskipun begitu, transaksi barter masih digunakan saat ini lho.
Perkembangan keuangan dan sistem transaksi di dunia boleh berkembang pesat. Dari transaksi transfer bank sampai dengan teknologi blockchain lewat cryptocurrency. Namun, sistem barter tetap relevan digunakan.
Faktanya, skema barter digunakan di dunia profesional dan bisnis. Barter itu mencakup jika ada perusahaan atau perorangan yang melakukan cross branding. Artinya, mereka melakukan barter jasa konten dan sebagainya.
Belum lagi barter lainnya seperti menukar jasa atau barang dengan slot iklan.
Di luar dunia bisnis, ada yang lebih miris, skema barter sangat sering digunakan ketika suatu negara mengalami resesi ekonomi.
Skema Barter yang Digunakan Saat Resesi Ekonomi
Mengutip dari blog Suryarianto.id, barter mulai digunakan oleh masyarakat di Amerika Serikat ketika terjadi The Great Depression pada 1929-1940, sebuah krisis terparah yang terjadi di dunia.
Saat itu, masyarakat AS sudah tidak percaya dengan bank. Gara-gara likuiditas bank seret akibat pasar saham ambruk pada 1929. Hasilnya, masyarakat yang panik ingin menarik uangnya di bank, ternyata sudah tidak ada.
Dari situ, kabarnya banyak orang AS yang memutuskan transaksi dengan barter. Di luar krisis terbesar sepanjang sejarah AS, skema barter juga muncul ketika krisis 2008 di AS.
Negeri Paman Sam yang mengalami krisis membuat masyarakatnya memilih transaksi dengan barter. Misalnya, salah satu cerita barter  menarik dari tulisan Emily Bazar di ABCnews pada 26 Februari 2009.
Tulisan itu bercerita kisah Ron Giesler yang harus di PHK dari pekerjaan memasang kabel di rig minyak, mesin pengeboran. Untuk bertahan hidup, Gieler pun menjadi tukang listrik.
Namun, dia tidak dibayar dengan uang, melainkan laptop, suku cadang komputer, dan barang bekas lainnya. Hal itu dilakukan agar dia bisa tetap mendapatkan pelanggan yang juga ekonominya lagi sulit.
Selain Giesler ada juga Rietsch, yang jam kerjanya dipotong akibat resesi. Dengan pemotongan jam kerja, pendapatan Rietsch sebagai pekerja juga berkurang. Padahal, dia lagi butuh uang untuk merayakan natal bersama anaknya.
Akhirnya, Rietsch menawarkan jasa illustrasi gambar. Dia mendapatkan klien keluarga yang mau digambar. Bayarannya bukan uang, melainkan DVD game Guitar Hero, yang dijadikannya sebagai kado natal untuk anaknya/
Profesor Universitas John Hopkins Roger Staiger menilai skema barter memang berkembang saat masa-masa sulit seperti resesi.
"Bahkan, saya juga mengalami tingginya minat barter ketika pengembang properti di Denver minto tolong untuk strategi restrukturisasi kredit" ujarnya
Waktu itu Staiger tidak dibayar dengan uang atas jasanya, tetapi voucher jalan-jalan naik ski di Colorado. Bonusnya, pengembang itu juga membayar dengan jasa desain web untuk istrinya.
Barter adalah bagian dari skema keuangan bawah tanah yang tidak berkontribusi untuk pertumbuhan ekonomi, tetapi sangat menolong masyarakat saat masa sulit.
Apakah kamu pernah melakukan transaksi barter tanpa sadar?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H