Perusahaan rokok dan restoran cepat saji menjadi bisnis yang memberikan dampak negatif ke lingkungan dan kesehatan. Namun, pendapatan dari dua bisnis itu bisa dibilang cukup besar, terlebih lagi rokok.Â
Kelima saham rokok yang sudah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan pendapatan senilai Rp238,97 triliun pada 2019. Sekitar 98% pendapatan itu dihasilkan dari penjualan rokok di domestik. Adapun, kelima saham rokok itu antara lain, Gudang Garam, Sampoerna, Wismilak, Bentoel, dan Indonesia Tobacco.Â
Tulisan ini merujuk ke artikel dalam blog Mistercuan
Di sisi lain, empat restoran cepat saji yang sudah melantai di BEI mencatatkan pendapatan Rp11,61 triliun pada 2019. Angka itu memang jauh lebih kecil dibandingkan dengan rokok, tetapi melihat skema bisnisnya waralaba rasa-rasanya pendapatan triliunan rupiah hanya bermodal lisensi franchise cukup besar. Keempat saham restoran cepat saji itu antara lain, KFC, Pizza Hut, CFC, dan Texas Chicken.Â
Perusahaan Rokok Pendapatannya Besar, Bagaimana Manfaatnya?Â
Banyak yang berpendapat, terutama para perokok, kalau perusahaan rokok itu berkontribusi kepada negara lewat cukai, penyerapan tenaga kerja, dan membantu penyerapan tanaman tembakau dari petani.Â
Faktanya, mayoritas produk rokok yang laris dipasaran adalah sigaret kretek mesin dan sigaret putih mesin. Kedua produk itu memiliki kandungan tembakau impor, bahkan khusus sigaret putih mesin bisa seluruh bahan bakunya adalah tembakau impor.Â
Lalu, jumlah pekerja yang terserap dari proses produksi sigaret kretek mesin dan sigaret putih mesin juga lebih sedikit ketimbang sigaret kretek tangan. Artinya, penyerapan tenaga kerja perusahaan rokok juga turun.Â
Tujuan Adanya Cukai Rokok
Cukai rokok dibuat untuk menurunkan tingkat konsumsi rokok. Dengan pengenaan cukai akan mengerek harga rokok sehingga tingkat keterjangkauan pembelian rokok makin rendah.Â
Teranyar, pemerintah baru saja menetapkan kenaikan cukai rokok 12,5% pada 2021. Tujuannya, pemerintah ingin menurunkan konsumsi rokok di kalangan anak-anak dan perempuan.
Keputusan pemerintah itu bukan berarti tidak peduli dengan pekerja rokok lho. Soalnya, ketentuan cukai tahun depan menetapkan rokok sigaret kretek tangan tidak akan dikenakan kenaikan cukai. Tujuannya, demi menjaga penyerapan tenaga kerja dan bahan baku tembakau dari petani lokal. Soalnya, industri sigaret kretek tangan paling banyak menyerap tenaga kerja dan bahan baku tembakau domestik.Â
Ngomong-ngomong Apa Dampak Negatif Restoran Cepat Saji untuk Manusia?
Kalau dampak negatif udah pada tau pasti, yakni asap rokok membahayakan manusia yang ada di sekitar perokok, termasuk perokok itu sendiri. Lalu, asapnya juga mencemari udara segar.Â
Di sisi lain, restoran cepat saji juga memberikan dampak negatif kepada manusia. Dari sisi lingkungan, limbah restoran makanan cepat saji ini bisa merusak lingkungan. Limbah itu termasuk bekas minyak goreng sampai sampah plastiknya.Â
Selain itu, kehadiran restoran cepat saji juga memicu penambahan lahan untuk peternakan. Akhirnya, Â akan ada pembukaan lahan peternakan sehingga bisa meningkatkan jumlah gas rumah kaca di bumi. Hasilnya bakal mempercepat perubahan iklim.Â
Lalu, restoran cepat saji juga memberikan dampak negatif bagi kesehatan manusia seperti obesitas.Â
Namun, Rokok dan Restoran Cepat Saji Mau Berubah Kok
Kini, mereka juga berbenah untuk meredam stigma negatif yang melekat di bisnisnya. Seperti, perusahaan rokok Sampoerna sempat mewacanakan untuk menjual produk rokok tanpa asap. Lalu, KFC juga mendirikan cabang KFC Naughty by Nature yang memiliki konsep ramah lingkungan. Kini, semua restoran cepat saji juga mengurangi penggunaan plastik.Â
Dengan begitu, apakah mereka akan menjadi ramah lingkungan dan tidak membahayakan manusia? tentu saja tidak. Semua yang dilakukannya adalah untuk meredam stigma negatif demi menjaga pertumbuhan pendapatan yang berkelanjutan ke depannya.Â
Nah, apakah mereka bisa mempertahankan laju pendapatan yang berkelanjutan ke depannya? itu semua tergantung kamu semua, masih rajin konsumsi atau enggak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H