Mohon tunggu...
Sultoni
Sultoni Mohon Tunggu... Freelancer - Pengamat Politik dan Kebijakan Publik AMATIRAN yang Suka Bola dan Traveling

Penulis lepas yang memiliki ketertarikan pada isu-isu sosial politik, kebijakan publik, bola dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Catatan di Balik Kepindahan Sandiaga Uno dari Gerindra ke PPP

19 Juni 2023   23:09 Diperbarui: 20 Juni 2023   16:55 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno atau yang lebih akrab disapa Sandiaga Uno akhirnya resmi bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan atau PPP pada Rabu (14/6/2023) yang lalu.

Peresmian bergabungnya Sandiaga ke PPP ditandai dengan pengumuman ke publik sekaligus penyerahan Kartu Tanda Anggota (KTA) dan pengenaan jas kebesaran partai oleh pengurus pusat PPP kepada Sandiaga Uno yang dilaksanakan pada Rabu (14/6/2023) di kantor DPP PPP Menteng, Jakarta Pusat.

Penyerahan KTA PPP kepada Sandiaga Uno dilakukan langsung oleh Plt. Ketua Umum PPP Mardiono dan disaksikan oleh Ketua Majelis Pertimbangan Partai PPP Romahurmuziy serta puluhan pengurus DPP PPP yang lainnya.

Kepastian kepindahan Sandiaga dari Partai Gerindra ke PPP mengakhiri rumor yang berkembang selama ini mengenai dirinya yang sempat dikabarkan akan berlabuh ke PPP dan juga PKS pasca hengkang dari Gerindra pada April 2023 yang lalu.

Jejak Karier Politik Sandiaga Uno

Sebagaimana diketahui, Sandiaga Uno selama ini dikenal merupakan anak buah dari Menteri Pertahanan yang juga calon Presiden dari Koalisi Kebangsaan Indonesia Raya (KKIR), Prabowo Subianto karena merupakan kader dari Partai Gerindra.

Jabatan terakhir yang diemban oleh Sandiaga Uno di Partai Gerindra adalah sebagai Wakil Ketua Dewan pembina Partai Gerindra sebelum akhirnya resmi meninggalkan Gerindra pada 23 April 2023 yang lalu.

Sandiaga Uno tercatat bergabung dengan Partai Gerindra sejak tahun 2015. Setelah satu tahun sebelumnya atau tepatnya ditahun 2014, Sandi sempat ditunjuk menjadi juru bicara pasangan capres dan cawapres Prabowo-Hatta Rajasa pada Pilpres 2014.

Dua tahun kemudian atau tepatnya pada tahun 2017 Sandiaga Uno maju sebagai calon wakil gubernur DKI Jakarta mendampingi Anies Baswedan hingga kemudian terpilih menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 bersama dengan pasangannya sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. 

Saat itu Anies-Sandi yang diusung oleh Partai PKS dan Gerindra berhasil mengalahkan pasangan Ahok-Djarot yang diusung oleh PDI-P dan AHY-Silviana Murni yang diusung oleh Demokrat sebagai pasangan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta terpilih.

Berselang kurang lebih dua tahun kemudian setelah sukses di Pilkada DKI Jakarta atau tepatnya di tahun 2019, Sandi akhirnya mundur dari jabatannya sebagai wakil gubernur DKI Jakarta untuk maju sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto pada Pilpres 2019.

Sayangnya, pasangan Prabowo-Sandi saat itu akhirnya harus kandas dan mengakui keunggulan pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin di Pilpres 2019 yang diusung oleh PDIP.

Kendati di Pilpres 2019 tidak seberuntung pada saat mengikuti Pilkada DKI Jakarta 2017, ternyata kontribusi Sandiaga Uno di panggung politik tanah air tidak padam begitu saja. 

Meski kalah, Sandiaga Uno justru diberi amanah oleh mantan rival politiknya di Pilpres 2019 yakni Presiden Jokowi untuk mengemban jabatan sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) sejak tahun 2020 hingga saat ini.

Menparekraf Sandiaga Uno akhirnya resmi bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada Rabu (14/6/2023). Foto : suara.com
Menparekraf Sandiaga Uno akhirnya resmi bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada Rabu (14/6/2023). Foto : suara.com

Mendapatkan Tugas dan Posisi Penting di PPP

Hanya berselang tiga hari saja sejak resmi menjadi kader Partai PPP pada Rabu (14/6/2023), Sandiaga langsung mendapatkan tugas dan posisi penting dari partai barunya tersebut.

Berdasarkan keputusan hasil Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) VI PPP yang digelar di Hotel Sultan, Jakarta pada Sabtu (17/6/2023), Sandiaga Uno mendapat amanat dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) untuk menjadi calon wakil presiden (Cawapres) pada Pilpres 2024.

Rencananya, nama Sandiaga Uno akan disodorkan oleh PPP kepada ketua umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk menjadi pendamping  Ganjar Pranowo sebagai cawapres di Pilpres 2024.

Plt Ketua Umum PPP Mardiono diberikan tugas khusus untuk melakukan lobi-lobi kepada PDI-P agar nama Sandiaga Uno diterima menjadi pendamping Ganjar Pranowo sebagai wakil presiden.

Tak hanya ditunjuk menjadi wakil presiden dari PPP, Berdasarkan keputusan hasil Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) VI PPP tersebut,  Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) ini juga diberikan tugas menjadi Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PPP untuk menghadapi Pemilu dan Pilpres 2024 mendatang.

Plt Ketua Umum PPP Mardiono menyatakan bahwa keputusan PPP menunjuk Sandi sebagai ketua Bappilu karena menilai dirinya  memiliki elektoral yang cukup tinggi. 

Menurut Mardiono, PPP perlu tokoh seperti Sandiaga Uno untuk dapat membawa kesuksesan bagi PPP dalam mengarungi pemilu 2024 mendatang.

"Karena kami tahu Pak Sandi memiliki tingkat elektoral yang tinggi, maka tentu kami harus beri beban tugas sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya itu," ujar Mardiono sebagaimana dikutip dari tempo.co.

Motif Kepindahan Sandiaga Uno dari Gerindra ke PPP

Jika sebagian kalangan menganggap bahwa kepindahan Sandiaga Uno dari Gerindra ke PPP menjelang Pemilu 2024 adalah suatu hal yang lumrah dan biasa dalam dunia politik di tanah air, maka penulis menilai bahwa ada kemungkinan terdapat motif dan tujuan tertentu dari kepindahan sang Menparekraf tersebut.

Dari kacamata liar penulis, setidaknya ada dua motif atau skenario mengapa Sandiaga Uno rela hengkang dari Gerindra, partai politik yang telah membesarkan namanya dipanggung politik tanah air dan memilih berlabuh ke PPP menjelang Pemilu dan Pilpres 2024.

Motif pertama, Sandiaga Uno berambisi menjadi calon wakil presiden pada Pilpres 2024.

Baru-baru ini diketahui PDI-P sebagai partai utama pengusung capres Ganjar Pranowo telah merilis 10 nama tokoh yang masuk radar sebagai kandidat bakal cawapres pendamping Ganjar.

Dan diantara 10 nama yang dirilis oleh PDI-P tersebut, nama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno termasuk di dalamnya bersama dengan nama-nama lain seperti Ketua Umum Partai Demokrat Anis Harimurti Yudhoyono (AHY), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri PUPR Basuki Hadimulyono dan nama-nama yang lainnya.

Mengetahui namanya masuk radar PDI-P untuk mendampingi Ganjar sebagai cawapres, Sandiaga Uno sepertinya tidak mau hanya tinggal diam begitu saja. 

Segala cara dilakukan Sandi agar PDI-P kelak bisa memilih dirinya untuk mendampingi Ganjar Pranowo sebagai cawapres di Pilpres 2024. Salah satunya adalah dengan bergabung bersama PPP.

Diketahui saat ini, PPP adalah satu-satunya partai di luar PDI-P yang secara terbuka sudah menyatakan sikap mendukung pencalonan Ganjar Pranowo sebagai capres 2024.

Dengan posisi demikian, bergabungnya Sandi ke PPP tentu saja akan membuat kans Sandiaga Uno untuk bisa dipilih oleh PDI-P mendampingi Ganjar di Pilpres 2024 semakin terbuka lebar.

Apalagi saat ini, PPP sudah secara resmi dan terbuka mengusung Sandi sebagai cawapres yang akan di dorong oleh PPP untuk diusulkan kepada ketua umum PDI-P Megawati Soekarnoputri agar dipilih menjadi cawapres mendampingi Ganjar.

Selain bergabung bersama PPP, langkah lain yang nampak sering dilakukan Sandi untuk memuluskan 'ambisinya' menjadi cawapres pada Pilpres 2024 adalah dengan rajin turun ke daerah-daerah untuk melakukan sosialisasi yang dibungkus dengan kunjungan kerja sebagai seorang Menparekraf.

Memanfaatkan posisinya sebagai seorang Menteri, disetiap kunjungan kerja Sandi ke daerah-daerah hampir selalu di blow up oleh media-media mainstream nasional untuk meningkatkan citra dan popularitas nya di mata publik.

Endingnya jelas dapat dibaca sebagai strategi Sandi untuk meningkatkan elektabilitas nya sebagai salah satu bakal calon wakil presiden potensial di Pilpres 2024.

Setali tiga uang dengan strategi Sandi diatas, pergerakan relawan Sandi diberbagai daerah juga terlihat aktif dan massif melakukan sosialisasi bahkan jauh sebelum Sandi resmi bergabung dengan PPP.

Dengan sosialisasi menggunakan format pelatihan-pelatihan kewirausahaan kepada para generasi milenial dan kaum emak-emak diberbagai daerah, relawan sandi terus bergerak untuk menaikkan tingkat elektabilitas Sandi sebagai bakal calon wakil presiden.

Memang, jika dibandingkan dengan nama-nama bakal calon presiden lain yang muncul ke publik saat ini, mungkin hanya Sandiaga Uno yang telah memiliki jaringan relawan hingga ke banyak daerah di Indonesia.

Hal tersebut tentunya sudah cukup membuktikan bahwa sepertinya Sandiaga Uno memang serius dengan ambisinya untuk menjadi cawapres di Pilpres 2024.

Motif kedua, kepindahan Sandiaga dari Gerindra ke PPP adalah skenario Prabowo Subianto.

Meskipun kemungkinannya terbilang kecil, motif kedua ini bisa saja menjadi alasan mengapa akhirnya Sandiaga Uno mau pindah partai dari Gerindra ke PPP menjelang Pemilu 2024.

Sandiaga sepertinya sengaja 'dilepas' oleh Gerindra ke PPP untuk tujuan menarik dukungan dari PPP agar mau bergabung dengan Koalisi Kebangsaan Indonesia Raya (KKIR).

Meskipun diatas kertas saat ini PPP telah merapat ke PDIP untuk mendukung pencapresan Ganjar, namun kemungkinan PPP akan meninggalkan PDI-P di Pemilu 2024 masih terbuka lebar jika pada akhirnya permintaan PPP untuk menjadikan Sandiaga Uno sebagai cawapres pendamping Ganjar akhirnya ditolak oleh PDI-P.

Jika hal tersebut diatas yang terjadi, maka ada kemungkinan PPP akan menyebrang ke KKIR bersama Gerindra dan PKB dengan kesepakatan Sandi menjadi cawapres mendampingi Prabowo di Pilpres 2024.

Meskipun saat ini sudah ada nama Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar yang digadang-gadang akan menjadi pendamping Prabowo Subianto di Pilpres 2024, jika merujuk pada hasil survei elektabilitas dari beberapa lembaga survei, nama Sandiaga Uno masih lebih unggul jika dibandingkan dengan nama Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.

Perbandingan tingkat elektabilitas antara Sandiaga Uno dan Muhaimin Iskandar inilah yang kemudian membuat kans Sandiaga Uno untuk menjadi pendamping Prabowo sebagai cawapres di Pilpres 2024 relatif besar seandainya PPP pada akhirnya mau bergabung dengan KKIR bersama Gerindra dan PKB.

Prabowo Subianto sebagai capres dari KKIR jelas berkepentingan dengan skenario kedua ini karena secara hitung-hitungan politis kemungkinan dirinya akan memenangkan Pilpres 2024 akan lebih besar seandainya pada akhirnya PPP bisa ditarik dari PDI-P ke KKIR.

Jika skenario kedua ini sukses dan benar-benar terjadi, maka pasangan Prabowo-Sandi akan kembali maju sebagai pasangan capres dan cawapres untuk kembali mengulang sejarah sebagaimana yang terjadi pada Pemilu 2019 yang lalu.

Kesimpulan

Adagium yang menyebut bahwa "tidak ada kawan dan lawan yang abadi dalam politik, tapi yang ada adalah kepentingan yang abadi" sepertinya memang lah benar adanya.

Para tokoh politik biasanya banyak yang melakukan perpindahan partai politik dari satu partai ke partai yang lainnya untuk sekedar memuluskan 'kepentingan politik' mereka di momen Pemilu yang akan mereka ikuti.

Tidak penting bagi mereka apapun nama, jenis dan ideologi partai yang akan mereka masuki, yang terpenting adalah partai politik tersebut mempunyai peluang yang lebih besar untuk dapat mewujudkan kepentingan politik mereka di ajang pemilu yang akan mereka ikuti.

Begitu pun juga yang mungkin saja menjadi alasan dibalik keputusan Sandiaga Uno untuk pindah partai dari Gerindra ke PPP menjelang Pemilu 2024.

Kepentingan Sandi jelas adalah untuk bisa maju sebagai cawapres pada perhelatan Pilpres 2024.

Sebab jika dirinya tetap bertahan di Gerindra, maka kecil kemungkinan bagi Sandi untuk bisa terpilih mendampingi Prabowo sebagai cawapres yang notabene adalah sama-sama dari Partai Gerindra.

Selain karena Gerindra tidak memenuhi syarat presidential threshold, kalaupun dipaksakan Sandiaga dipasangkan dengan Prabowo yang sama-sama dari Gerindra, maka akan sulit bagi mereka untuk mencari dukungan dari partai politik yang lainnya demi memenuhi syarat presidential threshold dan kemudian maju sebagai pasangan capres dan cawapres di Pilpres 2024.

So, akankan Sandiaga mampu mewujudkan ambisinya menjadi cawapres di Pilpres 2024? 

Jika nanti pada akhirnya ternyata kesempatan itu ada, apakah Sandi akan menjadi wakil dari capres Ganjar Pranowo atau justru kembali menjadi wakil dari Prabowo Subianto?

Menarik untuk kita tunggu apa yang akan terjadi nantinya. Karena dunia politik memang selalu memberikan kejutan-kejutan yang sangat menarik. Selamat menunggu, hehe

Sekian dari Jambi untuk Kompasiana. Salam politik santun!

Pematang Gadung, 19 Juni 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun