Padahal, sejak Oktober 2019 hingga Juni 2022, elektabilitas Prabowo hampir selalu di atas Ganjar. Hanya pada Oktober 2021 elektabilitas keduanya seimbang.
Keberhasilan Prabowo kembali ke posisi puncak tak lepas dari turunnya elektabilitas Ganjar sebesar 2,5 persen dari 25,3 persen pada Januari 2023 menjadi hanya 22,8 persen pada Mei 2023.
Disinyalir, pernyataan Ganjar yang menolak tim sepak bola Israel ikut bermain di Piala Dunia U-20 yang kemudian berimbas pada kegagalan Indonesia menjadi tuan rumah pergelaran olahraga internasional tersebut menjadi penyebab utama mengapa laju elektabilitas Ganjar melorot tajam dibandingkan hasil survei pada bulan Januari 2023 yang lalu.
Efek 'Endorsement' Jokowi Naikkan Elektabilitas Prabowo
Selain karena mendapat limpahan angka dari turunnya elektabilitas Ganjar Pranowo, naiknya tingkat elektabilitas Prabowo Subianto dari hasil survei terbaru sebagaimana yang dirilis oleh tim Litbang Kompas diatas diduga juga dipicu oleh efek 'endorsement' yang dilakukan oleh Jokowi kepada Prabowo dalam beberapa waktu terakhir.
Sebagaimana diketahui, meskipun hingga saat ini Jokowi belum menentukan sikap kemana akan mengarahkan dukungannya terhadap bakal capres 2024, namun dalam beberapa kesempatan Jokowi tampak terlihat akrab dan intens melakukan pertemuan dengan calon presiden dari Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR), Prabowo Subianto.
Tercatat sejak medio akhir 2022 hingga Mei 2023, Jokowi dan Prabowo telah melakukan beberapa kali pertemuan dalam berbagai kesempatan dan kegiatan.
Pertemuan intens Jokowi dan Prabowo tersebut dilakukan oleh keduanya baik dalam konteks Prabowo sebagai anak buah Jokowi selaku Menteri Pertahanan maupun pertemuan biasa yang tidak ada kaitannya dengan tugas-tugas di pemerintahan.
Seringnya Jokowi melakukan agenda 'jalan bareng' bersama Prabowo tersebut ditafsirkan oleh banyak pihak sebagai sebuah bentuk 'endorsement' Jokowi kepada Prabowo Subianto dalam rangka untuk mendongkrak elektabilitas capres yang diusung oleh Partai Gerindra dan PKB tersebut.