Alasanya cuma satu, yakni jumlah massa penggemar sepakbola yang melimpah ruah.
Politik dan massa memang seperti masih ada ikatan pertalian darah. Seperti ibu dan anak. Karena jabatan politik dinegara demokrasi, lahir dari suara massa atau suara masyarakat.
Massa penggemar sepakbola yang jumlahnya jutaan tersebut, tentu menjadi sebuah ceruk komoditas politik yang sangat menggiurkan bagi para politikus. Tak terkecuali bagi para calon presiden di Indonesia.
Pertanyaannya, dengan potensi jumlah suara yang sedemikian besar, apakah para penggemar sepakbola sudah sadar dengan potensi yang mereka miliki tersebut?
Begitu juga sebaliknya, apakah para calon presiden 2024 sekarang ini sudah pada "ngeh" dengan potensi massa dari penggemar sepakbola ini?
Kalau penulis perhatian sih, kedua-duanya masih belum menyadari atau memang masih pada sibuk untuk membangun koalisi, sehingga belum menyentuh potensi yang ada pada massa suporter sepakbola ini untuk kepentingan politik di pilpres 2024.
Karena sejauh yang penulis tau sampai dengan saat ini, belum ada kelompok penggemar atau fans sepakbola di Indonesia yang menyatakan sikap akan mendukung salah satu capres 2024.
Begitupun sebaliknya, sajauh yang penulis tau juga, belum ada calon presiden 2024 yang melakukan safari politik kepada kelompok-kelompok fans atau penggemar sepakbola dan atau mengkampanyekan janji-jani politik yang dikhususkan untuk mengakomodir kepentingan penggemar sepakbola di Indonesia.
Misalnya, capres menjanjikan akan menggratiskan siaran pertandingan di Piala Dunia 2026, seluruh pertandingan Timnas Indonesia dan juga seluruh pertandingan Liga 1 diseluruh stasiun TV Nasional Indonesia jika dirinya terpilih.
Atau tuntutan dari kelompok supporter sepakbola yang meminta kepada capres tertentu, agar berjanji akan membawa Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026 apabila terpilih.
Kan asik tu, hehe