Mohon tunggu...
Sukamto Mamada
Sukamto Mamada Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir dan besar di Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Merantau ke Bumi Anging Mammiri. Bekerja di Unhas. Sekarang lagi nyangkut di USA. Salam kenal semuanya.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Asam Traneksamat: Antiperdaharan yang "Berdarah"

17 Februari 2015   18:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:02 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa pemberian asam traneksamat dalam dosis normal hanya akan memunculkan efek samping minor, seperti yang disampaikan di atas. Namun, pemberian dosis besar dan langsung diinjeksikan ke sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) akan memicu terjadinya kejang, seperti yang terlihat pada kasus-kasus epilepsi.

Inilah yang menjadi kecenderungan dari sebagian besar peneliti untuk menjelaskan efek fatal asam traneksamat. Efek samping serius dari asam traneksamat merupakan imbas dari pemberian obat ini dengan CARA dan DOSIS yang salah sehingga memunculkan gejala fatal seperti, kejang, hipotensi parah, bahan kematian.

Mengapa asam traneksamat bisa menyebabkan kejang?

Masih ada perbedaan di antara para peneliti terkait dengan mekanisme asam traneksamat sehingga memunculkan efek kejang apakah menghambat kerja glisin atau asam gamma amino butirat. Akan tetapi, walaupun ada perbedaan, prinsipnya sama. Baik glisin maupun asam gamma amino butirat (Gamma Amino Butyric Acid/ GABA) adalah zat penghambat (inhibitory neurotransmitter) yang sebagian besar terdapat di otak. Sebagai zat penghambat, ke-2 zat ini akan menghambat stimulasi berlebihan pada otak. Jika stimulasi terjadi secara berlebihan, terutama pada saraf otak, maka salah satu efek yang muncul adalah kejang. Dengan adanya glisin dan GABA, stimulasi berlebihan tersebut akan dihambat, sehingga saraf tidak mengalami overstimulasi.

Nah, asam traneksamat dicurigai oleh para peneliti memiliki efek penghambatan terhadap kerja glisin dan GABA. Akibatnya, kerja glisin dan GABA menjadi terganggu. Hal ini akan berujung pada kondisi dimana glisin dan GABA tidak mampu lagi menghambat stimulasi berlebihan yang terjadi pada saraf. Akibatnya, potensi terjadinya kejang menjadi semakin besar.

Selain mekanisme di atas, masih ada beberapa teori lain yang diusulkan untuk menjelaskan proses terjadinya kejang pada pasien yang menerima asam traneksamat dalam dosis atau cara pemberian yang tidak tepat. Beberapa laporan penelitian lain menyebutkan bahwa kematian pasien akibat kesalahan pemberian asam traneksamat dimulakan dari kejang yang terjadi.

Apa yang harus dilakukan sekarang?

Jika merujuk pada kasus yang dipaparkan di artikel di atas, dimana ada kesalahan dalam pengambilan obat akibat kemiripan kemasan, maka perlu kehati-hatian yang lebih tinggi bagi mereka yang terlibat. Perlu pengecekan secara berlapis untuk mencegah agar kasus ini tidak terjadi lagi. Dokter, apoteker dan perawat perlu bekerja sama secara apik untuk menghindari terulangnya kejadian ini.

Untuk kasus di Indonesia sekarang, dimana kesalahan terjadi pada proses produksi, maka tidak ada jalan selain memperbaiki proses kontrol. Bidang quality control dan quality assurance di industri farmasi harus ditingkatkan kinerjanya dan pengawasannya.

Selain itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) harus memperbaiki cara pemberian nomor registrasi produk farmasi yang diusulkan oleh industri farmasi. Pengecekan sampai skala struktur zat aktif harus lebih dikuatkan.

Tentu saja, koordinasi antara para stakeholder terkait perlu pula dipermantap. Kementerian Kesehatan, BPOM, industri farmasi, rumah sakit, bahkan sampai apotek harus makin dieratkan koordinasinya.

Semoga kejadian ini tidak terjadi lagi.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun