Ya, beliau bicara di sana, selain sebagai tuan rumah, juga karena di sana juga sedang diadakan SME Bazaar & Coaching Clinic. Acara yang lumayan menggoda, mengingat temanya pun, buatku sangat relevan dengan kondisi terkini: Empowering SMEs to Recover Stronger.
Dua tahun lebih dihajar pandemi, beberapa usahaku sendiri pun sempat kena hajar, dan ternyata memang banyak dunia usaha babak belur karena dihajar keadaan.Â
Dalam kondisi itu, bisa mengikuti acara seperti ini, terasa seperti mendapatkan oase di tengah gurun panas, gersang, ketika kita sendiri dalam kelelahan.
Inilah kenapa, di sela-sela kunjungan ke Rumah Perubahan, kusempatkan juga bincang-bincang dengan dengan pasangan Saptono Ariyanto yang punya jam terbang puluhan tahun di Hewlett Packard dan Neng Herbawati yang kenyang asam garam di dunia bisnis.
Kenapa? Sebab pasangan itu juga yang menjadi "otak" di balik acara itu. Merekalah orang di balik BrieferID, perusahaan yang menggagas temu wicara di Rumah Perubahan itu.
Dari mereka kutemukan catatan penting tentang semangat berbagi. Bagi mereka, bisnis bukan semata soal mendapatkan sesuatu, tetapi tentang bagaimana memberi sesuatu.
Mengadakan temu wicara seperti yang mereka helat di Rumah Perubahan dalam dua hari ini, termasuk hari ini, Sabtu (12/03/2022), tak lepas dari prinsip itu.Â
Saat dunia usaha terdampak pandemi, banyak orang butuh ide baru, ide relevan, dan mengacu ke pesan "adaptif" Prof Rhenald; dunia usaha bisa dikuatkan lagi, berkembang lagi.Â
Salah satu yang bisa disumbangkan ke dunia usaha, terlebih usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) adalah mempertemukan pakar dengan eksekutor.
Pasangan itu mempertemukan para pelaku usaha dengan pakarnya. Apalagi, di sana bukan hanya ada Prof Rhenald Kasali, melainkan juga "Sultan UMKM" Perry Tristianto pun dihadirkan ke sana untuk berbagi dengan para pelaku UMKM.Â
Adaptif. Pasangan yang mengotaki Briefer itu, berangkat dari nilai adaptif ini, dan itu juga yang ingin mereka tebar lewat perhelatan yang diikuti berbagai UMKM tersebut.