Proses. Ini yang memikatku.
Mereka banyak membahas tentang proses, ketika belakangan tren yang menonjol cenderung ke sisi hasil semata. Banyak hal kecil belakangan diremehkan, sementara yang banyak bertumbangan justru yang besar-besar.
Dua orang ini secara bergantian mengajak melihat, bahwa dalam dunia usaha, memang perlu pikiran besar tetapi perlu juga kesabaran besar; menjalani proses, mengikuti proses, dan menyesuaikan diri dengan semua proses yang harus dilewati.Â
"Pandemi ini semestinya bikin kita semakin melek," kata Pak Perry. Ini sih saat "sultan"-nya kawasan wisata Lembang itu sudah duduk di atas panggung.Â
"Banyak perusahaan besar tumbang. Siapa yang banyak selamat? Itulah mereka yang punya usaha kecil dan menengah. Tidak cuma menyelamatkan ekonomi pelaku usaha itu sendiri, tetapi juga ekonomi negara."
Ia mengibaratkan usaha mikro dan kecil seperti perahu-perahu penyelamat. Saat kapal-kapal besar banyak oleng bahkan tenggelam, perahu-perahu kecil tadi menyelamatkan banyak nyawa.
Ia juga berterus terang, efek pandemi bikin dirinya terpaksa harus memutuskan hubungan kerja dengan ratusan karyawan. Namun, tak ada yang bikin ribut atau mendemonya.
"Mereka langsung bikin 'perahu-perahu kecil' milik sendiri. Dengan itu, ekonomi mereka selamat, rumah tangga selamat," kisah Pak Perry.Â
Perubahan. Dua pembicara itu kusimak sangat menekankan hal itu. Prof Rhenald sendiri membidiknya dari prosesnya saat bikin buku "Change" sampai muncul ide membangun Rumah Perubahan Jakarta Escape.
Menurutnya, buat siapa saja yang terjun ke dunia bisnis, satu hal yang sangat penting adalah mengasah kepekaan melihat perubahan.Â
Ia sendiri berterus terang, membangun Rumah Perubahan itu sendiri karena menyadari bahwa dunia berubah, segalanya bisa cepat berubah, dan ia ingin tetap jeli melihat segala perubahan itu.Â